Wajo, Sulawesi Selatan — Cahaya dari Ranah Minang kembali menyala di panggung nasional. Dalam ajang Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional Ke-1 Tahun 2025, kafilah Provinsi Sumatera Barat menorehkan prestasi gemilang. Dari 18 cabang lomba yang diikuti, 12 di antaranya berhasil menghasilkan penghargaan, dengan total 19 santri membawa pulang gelar juara dan harapan terbaik.
Prestasi ini menjadi bukti nyata bahwa pesantren di Sumatera Barat bukan sekadar benteng ilmu, tapi juga rumah bagi lahirnya generasi santri berwawasan global.
Kebanggaan itu disampaikan oleh Plt. Kepala Kanwil Kemenag Sumatera Barat yang diwakili oleh Kepala Bidang Papkis, Joben, seusai pengumuman pemenang di Pondok Pesantren As'adiyah, Sengkang, Senin (6/10/2025).
“Kami mengucapkan selamat kepada para pemenang MQK Internasional 2025. Ini bukan hanya kemenangan individu, tetapi kemenangan seluruh pesantren di Sumatera Barat. Kalian telah membawa nama baik daerah dan bangsa di pentas dunia Islam,” ujar Joben.
Di antara deretan juara, nama Muhammad Jibran Alfitra dari Pesantren Terpadu Serambi Mekkah menjadi sorotan. Ia berhasil meraih Juara 1 Cabang Akhlak Ulya Putra, disusul Kharen Lizka dari Pesantren Nurul Yaqin dengan Juara 2 Tafsir Wustha Putri.
Tak kalah berprestasi, Tim Debat Bahasa Arab Putri dari Sumatera Thawalib Parabek—yang beranggotakan Natisya Miftahul Asri, Luna Camil, dan Hanifah Shalihah—berhasil menyabet Juara 2, sementara Tim Debat Bahasa Inggris Putra (Abdullah Muhammad Luthfi, M. Zaki Alfachrizi, dan Muhammad Adnan Hanafi) dari ICBS Harau menorehkan Harapan 1 dengan penampilan yang memukau.
Deretan santri berprestasi lainnya juga turut mempersembahkan medali dan penghargaan dalam berbagai cabang lomba diantaranya: Indah Molina – Nurul Yaqin (Tafsir Ulya Putri) – Harapan 1. M. Ramadhan Shah – Nurul Yaqin (Ilmu Hadis Ulya Putra) – Harapan 3. Adinda – Nurul Yaqin (Tauhid Ulya Putri) – Harapan 3.
Selanjutnya, Tim Debat Bahasa Arab Putra – Sumatera Thawalib Parabek (Adzka Maulana Nurdin, Syarif Hidayatullah, Rizcy Rahmad Tifatul) – Harapan 3
M. Fauzan Ilhami – Hadis Wustha – Harapan 3
M. Rizfi Mubarak – Fikih Wustha – Harapan 1
Fauzan Azima – Nahwu Wustha – Harapan 3
Niki Nafisha – Nahwu Wustha – Harapan 3
Andika Ihsan Saputra – Akhlak Wustha – Harapan 2.
Menurut Joben, pencapaian 19 prestasi ini menegaskan bahwa pesantren di Sumatera Barat tidak hanya melahirkan generasi berilmu, tetapi juga beradab dan berkarakter kuat.
“Dari cabang tafsir, hadis, tauhid, hingga debat internasional, santri-santri kita menunjukkan kompetensi yang luar biasa. Ini menandakan kualitas pendidikan pesantren di Sumatera Barat diakui di tingkat nasional dan dunia,” katanya.
Namun, dibalik kemenangannya, Joben mengingatkan bahwa esensi MQK Internasional bukan sekedar podium, melainkan proses panjang menuntut ilmu dengan keikhlasan.
“Untuk anak-anak kami yang belum meraih juara, jangan berkecil hati. Jalaluddin Rumi pernah berkata, 'Luka adalah tempat cahaya masuk ke dalam dirimu.' Setiap kehancuran membawa pelajaran dan hikmah untuk menyempurnakan diri,” tuturnya.
Pesan ini sejalan dengan nasihat Direktur Pesantren Kemenag RI Basnang Said, yang hadir memberikan pengarahan pada pengumuman MQK Internasional. Dengan nada lembut dan penuh kasih, ia mengingatkan bahwa hakikat kompetisi pesantren terletak pada ukhuwah dan silaturahmi.
“Anak-anakku semuanya, juara adalah aspek kedua. Aspek pertama dan paling utama dari kehadiran kita di MQK Internasional ini adalah silaturahim — saling menyapa, saling memperkenalkan, dan menegaskan bahwa negara hadir untuk pesantren,” ujarnya di hadapan ribuan santri.
Ia pun menegaskan bahwa setiap peserta adalah pemenang sejati, karena telah mempersembahkan dedikasi dan cinta terhadap ilmu.
"Mungkin hari ini ada yang belum mendapat kejuaraan, tapi yakinlah bahwa itu adalah kesuksesan yang tertunda. Bisa jadi kelak, kalian yang tidak juara hari ini justru akan mendapatkan beasiswa santri berprestasi di masa depan. Jangan kecil hati, juara itu hal biasa. Yang luar biasa adalah semangat dan persaudaraan yang terjalin," pesan Basnang Said disambut tepuk tangan meriah.
Bagi Joben, pesan Basnang Said menjadi penguat makna bahwa MQK Internasional bukan sekadar lomba membaca kitab, tetapi ruang pertemuan antara ilmu, adab, dan ukhuwah Islamiyah.
“Inilah wajah pesantren kita — berilmu, beradab, dan berdaya saing. Pesantren Indonesia adalah penjaga tradisi sekaligus penafsir masa depan Islam yang rahmatan lil 'alamin,” tutup Joben dengan penuh kebanggaan. (Aqib)