Padang (Humas)- Setiap manusia pasti mendambakan rumah tangga bahagia, hubungan antara suami dan istri serta anak-anak terjalin harmonis. Saling mendukung dalam suka dan duka. Apalagi bagi orang beriman kebahagiaan rumah tangga diharapkan tidak hanya di dunia melainkan sampai ke surga. Namun dalam realita kehidupan sehari-hari, tentunya tidak semua keluarga dapat meraih status keluarga yang bahagia. Tak sedikit keluarga yang mengalami keretakan dalam berumahtangga.
Demikian dituturkan Ustadz Dasman Agus saat mengisi tausiyah pada acara Arisan Bulanan DWP Kanwil Kemenag Sumbar Jumat (17/05/24) di Aula Amal Bhakti I Kanwil Kemenag Sumbar.
Ia mengupas tentang pentingnya membina keluarga samawa yang diidamkan seluruh keluarga. Menurutnya keluarga samawa adalah yang diliputi rasa tenang yang penuh kelembutan dan saling mencintai. Sehingga melahirkan generasi yang beriman dan bertaqwa.
Namun kenyataannya, Ustadz Dasman mengungkapkan begitu banyak musibah yang terjadi dimuka bumi. Hal itu katanya, perlu menjadi tadabbur bagi setiap insan bernyawa di dunia.
“Musibah demi musibah baik di darat maupun di lautan disebabkan oleh tingkah laku manusia. Termasuk keretakan dalam rumah tangga, “jelasnya.
Misalnya, kita dengar sekarang ini ada suami yang tega memutilasi istrinya. Bahkan sebaliknya, ada pula istri yang membacok suaminya karena pertengkaran yang disertai hawa nafsu. Belum lagi bencana gunung marapi, Galodo, banjir bandang dan homo seksual yang makin marak di Sumbar saat ini.
Kesalahan manusia dan bencana ini sebutnya mencerminkan kurangnya perhitungan risiko. Sehingga menjadi contoh nyata wujud kesalahan sosial manusia yang dapat menyebabkan kerugian bahkan kerusakan di muka bumi.
Menurutnya bencana bukan sekadar peristiwa alam yang merugikan, tetapi juga cermin bagi segala perbuatan manusia. Firman Allah mengingatkan kita untuk bertakwa dan memperhatikan setiap tindakan. Dalam perspektif ini, sambung Ustadz Dasman bencana muncul sebagai akibat dari kesalahan manusia yang seringkali lalai mempertimbangkan dampaknya pada sesama dan alam.
“Musibah itu terjadi bukan tanpa alasan. Allah ciptakan tidak ada yang percuma didunia ini. Dalam konteks ini, manusia diminta berfikir dan mengevaluasi diri.” Terangnya.
Disisi lain kesalahan yang dilakukan manusia tidak hanya diartikan sebagai perbuatan dosa dalam konteks teologis, namun kesalahan juga dapat diartikan sebagai dosa sosiologis, seperti dalam berbuat terhadap manusia lain atau terhadap alam.
Lebih jauh, dalam tausiyahnya Ustadz Dasman meyakini bencana muncul sebagai ujian bagi orang yang beriman.
“Karena semakin tinggi keimanan seseorang maka semakin tinggi ujiannya. Kedua, bencana bisa sebagai teguran. Teguran bagi yang mencampurkan yang haq dengan yang bathil. Termasuk tidak menghiraukan regulasi yang berlaku. Yang saya khawatirkan bencana datang berupa kutukan.” Imbuhnya.
Ditegaskannya dalam bencana, manusia dapat belajar untuk introspeksi, memperbaiki kesalahan, dan merancang langkah-langkah yang lebih bijak di masa depan.
Begitu pula dalam membina keluarga samawa banyak hal yang harus dipikirkan. Karena bagaimana pun penyebab adanya keretakan rumah tangga adalah karena tidak adanya kejujuran dan keterbukaan dalam rumah tangga. Baik antara kepala rumah tangga dan istri, anak dan ibu, atau ayah dan anak.
“Bahkan rumah tangga yang diintervensi orang tua juga berdampak kepada keutuhan rumah tangga. Ia akan mudah retak selain masalah yang disebabkan persoalan ekonomi,” ujarnya.
Untuk itu Ustadz mengajak seluruh anggota DWP untuk terus berikhtiar memperbaiki diri dalam rangka membangun kehidupan yang madani baik dilingkungan keluarga ataupun dengan masyarakat.(vera)