Buka Seminar International GUPPI, Kabid Penmad Kupas Tantangan Pendidikan Agama Islam

Padang, Humas--Kepala Kanwil Kemenag Sumbar diwakili Kepala Bidang Pendidikan Madrasah, Hendri Pani Dias, menyebut ada dua tantangan yang dari dulu menyelimuti Pendidikan Agama Islam, tantangan intern dan ektern.

Hal ini disampaikan Hendri Pani Dias dalam acara Seminar Internasional yang digelar dalam rangka memperingati Milad ke 75, Gerakan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam (GUPPI) Wilayah Sumatera Barat.

Seminar yang mengusung tema "Tantangan Pendidikan Islam Dalam Situasi Global", menghadirkan dua narasumber hebat, Syeikh Wissam Assaad, Direktur Pendidikan Yayasan Darul Fatwa Islamic Concil Australia, dan Profesor Fasli Jalal, sekaligus Ketum DPP GUPPI.

Kakanwil melalui Kabid Penmad memberikan apresiasi yang tinggi kepada Guppi yang telah menggelar seminar international yang kedua. Kedua seminar ini telah benyak memberikan informasi tentang pembaharuan pendidikan Islam di Sumatera Barat.

Dikatakan Hendri tantangan pendidikan agama Islam ini terjadi di dua intitusi, baik di madrasah dibawah Kementerian Agama maupun di sekolah umum dibawah naungan Dinas Pendidikan.

"Kalau kita melihat situasi global adalah tantangan eksternal, kita tidak bisa menghindari konflik geopolitik yang terjadi. Misalnya, antara Ukraina dan Rusia begitu juga konflik laut Cina selatan, begitu juga dengan perubahan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan," ungkap Hendri, Senin (21/4).

Dikatakan Kabid, di Kementerian Agama saja misalnya, ada pendekatan cinta dalam kurikulum nasional yang sering dimaknai dengan kurikulum baru, padahal itu hanya sekedar teori pendekatannya saja. Begitu yang juga kaitannya dengan krisis ekonomi yang ber akumulasi pada krisis kemanusiaan.

"Namun secara internal kita memiliki persoalan internal yang yang tidak sederhana. Bila persoalan internal ini tidak kita bahas satu persatu, kemudian tidak kita carikan rumusannya, maka krisis dan situasi global itu akan memarjinalkan nilai-nilai kemanusiaan," terang Hendri.

Tantangan internal ini kata Kabid Penmad setidaknya ada tiga. Pertama kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) di sekolah. "Guru guru PAI kita di sekolah dituntut untuk menguasai seluruh PAI secara total tidak hanya general tapi spesifik," ujarnya.

"Kalau kita melihat sebagian besar latar belakang pendidikan guru PAI kita banyak yang holistik-integral. Dia tidak spesifik di fikih, tidak spesifik di akidah akhlak begitu juga alquran hadis tetapi general, tidak semua tapi sebagian besar," sambung Kabid Penmad.

Maka hal itu lanjut Kabid tentu saja menyulitkan ketika anak-anak itu diajak untuk integrasi antar rumpun mata pelajaran PAI (fiqih, akidah dan Alquran Hadis). Ketika itu tidak kita lakukan maka persoalan cenderung muncul.

"Ketika ada anak yang bertanya tentang persoalan keagamaan, bila jawaban itu tidak ditemukan dalam pembelajaran, dia akan mencari di luar, inilah yang akan memicu munculnya Islam ekstrim, Islam yang ditafsirkan dengan versi masing-masing, ini adalah tantangan internal," ulas Kabid.

Kemudian tantangan yang kedua integrasi internal di Madrasah. Ini lebih sulit lagi, yang dikehendaki di madrasah itu adalah integrasi internal antara fikih dengan sains. Bagaimana menginternalisasi biologi dengan Islam, fisika dengan Islam.

"Secara nomenklatur, dari struktur, kurikulum kita semuanya lengkap. Ada Mata pelajaran pilihan, ada ekstra kurikuler tapi tidak semuanya bisa dilakukan di madrasah karena keterbatasan SDM," tutur Hendri.

"Maka jawabannya mesti ada model buku pembaharuan yang berkaitan dengan materi integrasi Islam dengan sains dengan menggunakan nomenklatur semua mata pelajaran pilihan dan instruktur yang memadai," tukas Kabid.

Kemudian persoalan internal yang ketiga adalah persoalan IT (informsi teknologi).  Sebagian besar guru PAI di sekolah dan madrasah masih gagap dengan IT. Sementara, kita sudah masuk kepada tahap "deep learning".

"Situasi akan menyulitkan dan mengakibatkan guru-guru kita terkendala membuat power point atau slide master poin. Sementara era sekarang kita sudah berada di Meta AI, ini persoalan kita bersama," sebut Hendri. Rina


Editor: Risna
Fotografer: Rina