Pasaman, Humas—Suasana tampak mencair antar tokoh-tokoh agama dan ormas. Satu sama lain berdiskusi dan saling berbagi informasi dalam acara workshop yang diselenggarakan Kementerian Agama Kabupaten Pasaman kemarin (3/10).
Dengan mengambil lokasi di Mega Wisata Kuliner Bonjol, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pasaman mengagendakan kegiatan workshop peningkatan wawasan multikultural dan Dialog Lintas Agama, yang diikuti para tokoh agama Islam, Khatolik dan Protestan serta pengurus ormas Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Perti Tarbiyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) juga Himpunan Dai Muballigh Kabupaten Pasaman, sebanyak 30 orang. Demikian disampaikan Kepala Sub Bagian Tata Usaha Edy Ridwan.
Dikatakan Edy Ridwan, dialog lintas agama merupakan interaksi positif dan kooperatif antara tokoh-tokoh dari agama, kepercayaan, atau keyakinan spiritual yang berbeda. Kegiatan ini dianggap dapat menghasilkan kolaborasi yang kuat dan memfasilitasi interaksi yang konstruktif dan kolaboratif.
Menurut Sekretaris FKUB Kabupaten Pasaman ini, dialog sangat diperlukan di ranah Pasaman, mengingat keberagaman agama, dan suku. Maka, menjadi forum penting untuk menghindari penggunaan agama sebagai alat untuk menimbulkan konflik atau kekerasan. Termasuk, pada masa Pemilhan Umum atau Pemilihan Kepala Daerah sekarang ini.
Lebih lanjut, dialog antar agama juga merupakan konsep perdamaian yang baik karena mendorong umat beragama untuk saling memahami dan menghormati keyakinannya masing-masing. Untuk itu, diharapkan mampu membangun masyarakat yang lebih baik melalui kolaborasi yang kuat dan terlahirnya kerjasama, toleransi, kedamaian dan tolong menolong dalam konteks sosial masyarakat.
“Sengaja kami selenggarakan di ranah Bonjol ini, daerah dlahirnya pahlawan Tuanku Imam Bonjol, dengan memiliki destiniasi wisata, kami berharap dialog berjalan harmoni, melahirkan pemikiran-pemikiran yang dapat membangun kuatnya kerukunan antar pemeluk agama”, tukas ketua panitia pelaksana tersebut.
Kepala Kantor Kemenag Pasaman Yasril yang menjadi pemateri, mengedepankan moderasi beragama. Dimana, menurutnya yang sangat perlu difahami adalah indikatornya yakni Komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan adiktif terhadap budaya lokal.
Yasril juga mengedepankan empat pilar kebangsaan yang patut diketahui adalah Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.
Sejatinya moderasi beragama itu menurutnya, dalam kehidupan berbangsa untuk saling menghargai perbedaan keyakinan, budaya maupun organisasi. Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap dan prilaku beragama yang dianut dan dipraktikkan oleh sebagian besar penduduk negeri ini, dari dulu hingga sekarang. Pemerintah pun menjadikan moderasi beragama sebagai salah satu program nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Dalam konteks aqidah dan hubungan antar umat beragama, moderasi beragama itu meyakini kebenaran agama sendiri “secara radikal” dan menghargai, menghormati penganut agama lain yang meyakini agama mereka, tanpa harus membenarkannya. Jadi moderasi beragama sama sekali bukan pendangkalan akidah, sebagaimana dimispersepsi oleh sebagian orang.
Kegiatan workshop sehari ini, juga mendatangkan pembicara Kasi Datun dari Kejaksaan Negeri Pasaman Munawir dan Kepala Kesbangpol Kabupaten Pasaman Aprizal. Masing-masing membahas tentang pengawasan terhadap aliran kepercayaan sempalan atau sesat dan potensi terjadinya konflik di ranah ini.
Kembali Edy menyebutkan, para peserta begitu antusias dan semangat mengikuti dialog lintas agama. Berbagai pertanyaan dilontarkan dan informasi-informasi mengenai indikasi aliran sesat.
Intinya, para peserta sangat berharap kegiatan semacam ini terus dilaksanakan Kemenag. Sebagaimana disampaikan Ketua NU Pasaman Asrial, yang menurutnya sangat menarik dari bermacam dialog yang pernah diikutinya. Yusuf