Empat Belas Santri Minang dengan Delapan Cabang, Satu Semangat Ilmu di Final MQK Internasional Ke-1 Tahun 2025

Wajo, Sulawesi Selatan — Kabar menggembirakan datang dari arena Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional Ke-1 Tahun 2025 yang digelar di Pondok Pesantren As’adiyah, Sengkang, Kabupaten Wajo. Kafilah Provinsi Sumatera Barat kembali menorehkan prestasi membanggakan. Empat belas santri terbaik asal Ranah Minang berhasil menembus babak final di delapan cabang perlombaan bergengsi.

Kabar baik tersebut disampaikan oleh Plt. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat yang diwakili oleh Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (Papkis), Joben, Minggu (05/10/2025). Ia menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas capaian luar biasa yang diraih para santri Sumbar di ajang internasional tersebut.

“Kami ucapkan selamat kepada para finalis MQK Internasional 2025. Kalian telah membawa nama baik pesantren dan daerah di tingkat dunia. Ini adalah bukti bahwa kualitas pendidikan pesantren di Sumatera Barat mampu bersaing di level internasional,” ujar Joben penuh bangga.

Empat belas finalis yang berhasil melaju ke babak akhir berasal dari berbagai pondok pesantren unggulan di Sumatera Barat. Mereka adalah Muhammad Jibran Alfitra Peserta Marhalah Ulya Majelis Akhlaq Putra dari Terpadu Serambi Mekkah, Indah Molina Peserta Marhalah Ulya Majelis Tafsir – Ilmu Tafsir Putri dari Pdf Ulya Nurul Yaqin, Muhammad Ramadhan Shah Peserta Marhalah Ulya Majelis Hadis – Ilm Hadis Putra dari Nurul Yaqin, Adinda Peserta Marhalah Ulya Majelis Tauhid Putri dari Nurul Yaqin, Kharen Lizka Peserta Marhalah Wustha Majelis Tafsir Putri dari Nurul Yaqin, serta tiga tim debat dari pesantren ternama: Tim Debat Bahasa Arab Putra (Adzka Maulana Nurdin, Syarif Hidayatullah, Rizcy Rahmad Tifatul) dan Putri (Natisya Miftahul Asri, Luna Camil, Hanifah Shalihah) dari Sumatera Thawalib Parabek, dan Tim Debat Bahasa Inggris Putra (Abdullah Muhammad Luthfi, M. Zaki Alfachrizi, Muhammad Adnan Hanafi) dari ICBS Harau.

Menurut Joben, capaian ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi kafilah, tetapi juga mencerminkan keberhasilan pembinaan pesantren. Ia menilai bahwa santri-santri asal Sumbar memiliki semangat dan kemampuan luar biasa dalam menguasai kitab kuning serta bahasa asing.

“Kita patut bersyukur dan berbangga. Empat belas santri finalis di delapan cabang ini merupakan generasi pesantren yang unggul, cerdas, dan berkarakter. Mereka membawa semangat moderasi beragama yang menjadi ciri khas pendidikan Islam di Indonesia,” tambahnya.

Sementara itu, salah satu finalis, Indah Molina, yang tampil di cabang Tafsir Ulya Putri, mengaku sangat bersyukur bisa menembus babak final. Ia menyebut pencapaian ini sebagai buah dari doa, bimbingan guru, dan kerja keras yang panjang.

“Alhamdulillah, ini bukan hanya hasil usaha saya pribadi, tapi juga berkat doa para ustaz, orang tua, dan dukungan teman-teman di pesantren. Saya ingin mempersembahkan hasil terbaik untuk Sumatera Barat,” ungkap Indah penuh haru.

Senada dengan itu, M. Ramadhan Shah dari cabang Ilmu Hadis Ulya Putra menuturkan bahwa pengalaman mengikuti MQK Internasional memberinya wawasan baru tentang pentingnya memahami khazanah keilmuan Islam secara luas.

“Bertemu dengan santri dari berbagai negara membuat saya semakin yakin bahwa kitab kuning bukan sekadar warisan, tapi sumber pengetahuan yang relevan dan hidup di zaman sekarang,” ujarnya dengan semangat.

Sementara Muhammad Jibran Alfitra, finalis Akhlak Ulya Putra dari Pesantren Serambi Mekkah, menambahkan bahwa keberhasilan ini menjadi motivasi bagi santri lain agar tidak ragu berkompetisi di level global.

“Kami ingin menunjukkan bahwa santri Indonesia, khususnya dari Sumatera Barat, mampu berdiri sejajar dengan peserta dari negara lain. Ini adalah ajang dakwah melalui ilmu dan akhlak,” katanya.

Dari cabang debat, Natisya Miftahul Asri, anggota Tim Debat Bahasa Arab Putri Sumatera Thawalib Parabek, mengungkapkan rasa syukurnya atas capaian tim yang luar biasa.

“Kami berlatih setiap malam. Bisa lolos ke final adalah anugerah. Kami akan berjuang membawa nama baik pesantren dan Sumatera Barat dengan segenap kemampuan,” ujarnya dengan mata berbinar.

Kehadiran para finalis Sumatera Barat di babak akhir menjadi bukti konkret bahwa pesantren di Ranah Minang mampu tampil sejajar dengan lembaga pendidikan Islam dunia lainnya. Prestasi ini juga menunjukkan bahwa pembelajaran kitab kuning tidak hanya relevan secara spiritual, tetapi juga memiliki daya saing intelektual yang tinggi.

Namun, Joben juga memberikan pesan khusus bagi para peserta yang belum berhasil mencapai babak final. Dengan nada menenangkan, ia menegaskan bahwa setiap perjalanan memiliki nilai dan makna tersendiri.

“Bagi anak-anakku yang belum lolos ke babak final, jangan pernah merasa gagal. Jalaluddin Rumi pernah berkata, ‘Luka adalah tempat cahaya masuk ke dalam dirimu.’ Artinya, kekalahan bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal dari proses penyempurnaan diri,” tuturnya.

Ia melanjutkan, bahwa semangat sejati seorang santri bukan terletak pada kemenangan semata, tetapi pada keikhlasan untuk terus belajar dan berjuang.

“Setiap langkah kalian di MQK Internasional ini adalah ibadah dan ilmu. Kegigihan kalian adalah kemenangan yang sesungguhnya. Jadikan pengalaman ini sebagai bahan bakar untuk terus menulis sejarah baru bagi pesantren Sumatera Barat,” pesan Joben penuh motivasi.

Plt. Kepala Kanwil Kemenag Sumatera Barat melalui Kabid Papkis itu juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung keberangkatan dan perjuangan kafilah, mulai dari para pimpinan pesantren, pelatih, hingga tim pendamping daerah dan official Kanwil Kemenag Sumbar.

“Kami dari Kanwil Kemenag Sumbar terus berkomitmen memberikan dukungan terhadap penguatan literasi keagamaan di pesantren. MQK Internasional bukan sekadar kompetisi, tetapi wadah untuk menumbuhkan semangat keilmuan dan keikhlasan santri dalam mengabdi kepada agama dan bangsa,” terang Joben.

Ia menambahkan bahwa pihaknya akan terus memperkuat program pembinaan pesantren agar semakin adaptif dan inovatif menghadapi tantangan zaman. “InsyaAllah, hasil ini akan menjadi inspirasi bagi seluruh santri dan pesantren di Sumatera Barat untuk terus berprestasi, menjunjung tinggi akhlak, dan memperkuat peran pesantren sebagai benteng moral bangsa,” tutupnya penuh optimisme. (Aqib)


Editor: Eri Gusnedi
Fotografer: Aqib Sofwandi