Fauziah Fauzan El Muhammady: Capacity Building, Lakukan Karena Allah

Padang (Humas)- Sebuah organisasi dapat berkembang dan dapat terus beradaptasi dengan perubahan lingkungan organisasi, pembangunan kapasitas (capacity building) SDM menjadi hal yang mutlak harus berjalan dengan baik. 

Hal ini diutarakan Fauzyah Fauzan El Muhammady saat memberikan materi pada kegiatan pelatihan Capacity Building di Ruang Crystal I Hotel Emersia Batusangkar kepada 109 peserta Bimtek Smart DJA dan e-Monev Bappenas Kanwil Kemenag Sumbar,  (30/11/23).

Dimoderatori Susi Primayeni Ketua Tim Keuangan Setjen Kanwil Kemenag Sumbar, Fauzyah Fauzan menyebut secara umum, capacity building diartikannya sebagai proses meningkatkan kemampuan pengetahuan (ability), keterampilan (skills), sikap (attitude) dan perilaku (behaviour) dari SDM.

Untuk level individu, lanjutnya agar SDM mempunyai kapasitas yang terus berkembang, proses dapat dilakukan mulai dari seleksi, pemberian lingkungan kerja yang memadai, serta pelatihan yang berkesinambungan dalam aspek-aspek penting.

Seperti kemampuan berkomunikasi, motivasi diri, kemampuan problem solving, kreativitas, dan kepemimpinan.

Capacity building menjadi penting, dalam rangka membangun capability, skills dan sikap atau tingkah laku.

“Ketiga hal ini harus disiapkan oleh seorang pegawai, karyawan atau siapapun yang punya tugas dan tanggung jawab,” katanya.

Ability masih berada tahap pengetahuan tanpa ada aturannya sedangkan capability sudah ada aturan, target, tujuan dan terukur.

"Seperti halnya para operator, perencana, kemampuannya dalam mengolah data dalam waktu yang sudah ditentukan dengan target tertentu, atau speed dalam mengetik itulah capability," katanya.

Disamping itu, ketika seseorang sudah berada pada tahap pandai berbicara, maka yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan public speaking.

“Hal ini perlu terus diasah untuk meningkatkan capability seorang pegawai,” jelasnya.

Ia menilai peningkatan kapasitas meliputi tiga hal utama diantaranya pengembangan sumber daya manusia konsen pada ketersediaan tenaga profesional melalui pelatihan. Kedua, penguatan organisasi dan reformasi kelembagaan, fokus pada sistem manajemen, meningkatkan kinerja tugas dan fungsi. 

Terakhir reformasi kelembagaan yang berfokus pada persoalan institusi dan sistem.
“Pengembangan kapasitas memberikan kontribusi tidak hanya untuk lembaga, para pegawai namun juga hubungan yang dinamis antar kelompok kerja dalam lembaga,” Ungkapnya.

Menurut Fauzyah Fauzan berkembangnya sebuah lembaga sangat dipengaruhi bagiamana kepedulian dan kualitas sumber daya manusia lembaga itu sendiri. 

Itulah mengapa memiliki SDM yang terampil,  kreatif, inovatif, disiplin dan berkomitmen terhadap kemajuan lembaga merupakan dambaan semua pemimpin lembaga. 

Terkait hal itu, ia menyebut skill menjadi bagian penting dari SDM itu sendiri. Baik itu hard skill maupun soft skill. Untuk hard skill seperti sertifikasi bahasa asing, menjalankan aplikas software seperti SAKTI, Smart DJA dan e-Monev, analisa data, bahasa pemrograman, perencanaan program kegiatan dan keuangan dan mengetik cepat.

Selain kemampuan hard skill, seorang pegawai dituntut untuk memiliki soft skill. Kemampuan ini lebih cenderung kepada keterampilan sosial, komunikasi, kecerdasan sosial, dan lain-lain. 

Menurutnya Soft skill adalah kemampuan komunikasi, karakteristik seseorang, kecerdasan sosial yang melekat, serta kemampuan beradaptasi dengan baik di dalam kehidupan maupun dunia kerja seperti etika bekerja, membuat keputusan yang tepat, berpikir kritis, kerja sama tim, kreativitas dan lainnya.

Dengan kata lain soft skill adalah segala hal yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi interpersonal. “Ada sebagian  pegawai yang kemampuan public speakingnya masih lemah. Dengan kata lain hards skillnya sudah bagus, namun soft skill masih kurang, ini perlu dilatih,” imbuhnya.

Tidak seperti hard skill yang dapat dipelajari dan dilatih. Soft skill ini lebih mengarah kepada emosi dan wawasan dalam memperlakukan orang lain.

Sikap tidak akan mudah berubah, responsif terhadap orang lain, itu bagian penting yang dibangun dari capacity building.

Intinya, dalam capability building ini sangat luas kesempatan yang diberikan kepada pegawai untuk membangun dan meningkatkan SDM.

"Makanya perlu dicas, sehingga saat kembali bekerja pikiran sudah fresh dan semangat kembali baru," katanya.

Fauzyah menuturkan pelatihan peningkatan capacity building sangat erat kaitannya dengan Outbond yang dilakukan para peserta. 

Menurut Fauzyah banyak nilai yang dipetik dalam kegiatan Outbond. Apakah itu dalam hal perencanaan, kerjasama, fokus, strategi, ketelitian, komunikasi, kerjasama, keseimbangan, keberanian dan kecepatan, kejujuran, keikhlasan, kesabaran, leadership, kepatuhan dan toleransi.

Ia memandang pegawai yang siap dalam tim atau organisasi adalah mereka yang telah siap dengan segala kondisi. Siap untuk tawadhu', rendah hati, tidak egois dan tidak baperan.

Menarik ketika ia menjabarkan lebih dalam nilai dan pelajaran permainan games dalam outbond. Baginya nilai kepatuhan harus bersandar pada kebenaran hakiki karena Allah. Misalnya saat taat dan patuh kepada pemimpin bisa menjadi wajib, selama tidak menyalahi aturan agama.

Ia juga meyakini pegawai yang mengerjakan sesuatu karena Allah, ikhlas bekerja karena Allah, adalah nilai tertinggi dari semua unsur yang ada dalam Capacity building.

“Sebagai orang yang melayani masyarakat dengan jujur dan ikhlas, Allah akan memuliakan kita. Sebaik baik manusia adalah yang paling banyak manfaat bagi orang lain. Maka bersyukur masih banyak manfaat sebagai pengelola data atau anggaran di Kemenag,” tambahnya dihadapan operator, perencana dan pengelola anggaran tersebut.

Disisi lain, tak lupa ia membocorkan tips mengatasi stress ketika ada masalah dalam dunia kerja. Menurut Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang ini ada tiga langkah mengatasi stress. 

Pertama, begitu ada masalah berat, bersegeralah sholat dan dzikir. Kedua, mengeluarkan air mata (menangis) seraya berdoa yang dapat mengeluarkan seretonin. Ketiga, istirahat dan tidur, untuk mengistirahatkan sejenak beban yang dialami.

Diakhir materi, Fauzyah Fauzan mengingatkan peserta untuk membiasakan setiap detiknya rutinitas yang ada diisi dengan hal hal yang bermanfaat. 

“Ketika waktu senantiasa diisi dengan kebaikan dan hal bermanfaat, rasakanlah perubahan hidup. Motto Ikhlas Beramal lembaga Kemenag, jangan hanya sebatas slogan, namun harus menjadi acuan dalam setiap pergerakan. Seperti yang tertuang dalam Surat Al jumuah ayat 10 dan Surat At-taubah 105. ”Pesannya menutup materi.(vera)

 

 

 

 


Editor: -
Fotografer: -