Gerakan Ekoteologi "Satu Santri Satu Pohon" Resmi Diluncurkan di Kota Solok: Momentum Hari Santri Nasional ke-10

Kota Solok, Humas – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional ke-10, Kementerian Agama Kota Solok bersama Pondok Pesantren Waratsatul Anbiya’ menggelar kegiatan launching penanaman pohon dalam bingkai Gerakan Ekoteologi bertajuk “Satu Santri Satu Pohon”, Kamis (2/10).

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Solok, yang turut didampingi oleh Kepala Seksi (Kasi) Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren), Bapak Fauzi, beserta staf. Acara berlangsung khidmat dan penuh semangat kebersamaan, seiring dengan nilai-nilai yang diusung melalui Hari Santri.

Dalam sambutannya, Kepala Kemenag Kota Solok, H. Mustafa, menegaskan pentingnya peran pondok pesantren dalam sejarah dan pembangunan bangsa. “Keberadaan pondok pesantren tidak bisa dianggap remeh. Perannya diakui oleh negara. Jika bukan karena eksistensi para santri dan santriwati, mungkin kemerdekaan Indonesia tidak bisa kita nikmati seperti sekarang ini,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan bahwa gerakan “Satu Santri Satu Pohon” yang digelar serentak di seluruh Indonesia ini bertujuan untuk mengajak santri menjadi bagian dari solusi atas krisis lingkungan. “Kenapa pohon? Karena pohon adalah sumber kehidupan. Jika kita menanam, maka suatu saat kita akan menuai hasilnya,” tambahnya. Di akhir sambutan, beliau juga menyampaikan terima kasih kepada pimpinan Pondok Pesantren Waratsatul Anbiya’ atas kontribusinya dalam mendidik generasi muda.

Sementara itu, Kasi PD Pontren Kemenag Kota Solok, Fauzi, dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari pendidikan karakter di pesantren. “Santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, tapi juga nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan. Melalui kegiatan ini, kita ingin membentuk generasi santri yang cinta bumi, sadar akan pentingnya menjaga alam sebagai bagian dari amanah Allah SWT,” ungkapnya.

Beliau juga menambahkan bahwa pesantren memiliki posisi strategis dalam menyebarkan semangat ekoteologi. “Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini, tetapi terus berlanjut dan menjadi budaya di setiap pondok pesantren. Karena menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah,” tutupnya.

Gerakan ini tidak hanya menjadi simbol kepedulian terhadap lingkungan hidup, tetapi juga bagian dari implementasi nilai-nilai ekoteologi—yakni pemahaman keagamaan yang mendorong kepedulian terhadap alam sebagai bentuk tanggung jawab spiritual manusia sebagai khalifah di bumi.

Dengan semangat Hari Santri dan Gerakan Ekoteologi, diharapkan para santri dapat menjadi agen perubahan yang membawa kebaikan tidak hanya dalam aspek keagamaan dan sosial, tetapi juga dalam menjaga dan merawat kelestarian lingkungan.(Helda/Rnd)

 


Editor: Risna
Fotografer: Helda/Rnd