Bukittinggi, Humas--Indonesia khususnya Sumatera Barat yang berada di Ring of Fire, sering mengalami berbagai bencana alam. Realitas geografis ini menuntut pendekatan yang berkelanjutan dan efektif dalam mengurangi risiko bencana.
Menyikapi hal ini, Most Unesco, Brin bekerjasama dengan Bimas Islam Kemenag RI menggelar Penguatan Literasi Kebencanaan Berbasis Pengetahuan lokal dalam Pengurangan
Risiko Bencana di Sumatera Barat.
Kegiatan ini dibuka Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, Selasa (30/7) di Bukittinggi. Hadir Direktur Urais Bimas Islam, Adib didampingi Kepala Bidang Urais, Edison, Direktur Most Unesco, Fakhriati dan jajaran Bimas Islam Kemenag RI, serta BPBD Sumbar.
Gubernur dalam kesempatan itu mengatakan kegiatan ini penting dilakukan untuk melihat potensi bencana yang datang secara tiba-tiba. Sehingga ke depan masyarakat Sumbar bisa menyikapi ketika terjadi bencana agar tidak kehilangan nyawa dan harta benda.
"Adanya kegiatan pelatihan sekarang ini tujuannya memberikan informasi kepada warga masyarakat terkait pengetahuan, wawasan dan sekaligus langkah-langkah yang mesti dilakukan ketika terjadi musibah atau bencana," ungkap gubernur.
Dengan adanya kegiatan ini kata Mahyeldi, akan meningkatkan literasi masyarakat tentang kebencanaan itu sendiri. "Apalagi sekarang ini yang hadir dari penyandang difabel, ini termasuk kelompok masyarakat yang rentan ketika terjadi bencana," tuturnya.
"Dengan adanya workshop ini mereka akan mendapatkan wawasan dalam rangka mengurangi resiko bencana. Bencana itu terjadi juga karena perilaku kita, kemudian ada yang di bawah kendali kita karena prilaku kita," harap gubernur
Maka untuk itu lanjut gubernur perlu ada preventif dengan upaya dan tindakan yang dilakukan. Sementara musibah yang tidak bisa dikendalikan perlu literasi dalam mengurangi risiko bencana itu.
Misalnya, mendeteksi tempat tinggal yang aman, kemudian langkah-langkah apa yang harus dilakukan. Seperti di Kota Padang dibuatkan save zone (zona aman), jika terjadi tsunami ada batas air sampai di sini (zone).
Mahyeldi berharap dengan adanya kegiatan ini masyarakat Sumbar terutama kaum difabel akan mendapatkan wawasan, pengetahuan tentang mitigasi dan bagaimana mengurangi resiko bencana. Terutama bencana yang diakibatkan prilaku manusia.
"Kita berharap ke depan kita masyarakat Sumbar menyikapi ketita terjadi bencana sehingga tidak ada kehilangan jiwa dan mengurangi kerugian harta dan benda yang tidak kita harapakan," pungkas gubernur.
Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 30 sd 31 Juli ini menghadirkan peserta dari Takmir Masjid, Penyuluh Agama Islam, Komunitas disabilitas, komunitas Sakato dan BPBD Sumatera Barat. Rinarisna.