Agam (Humas)- Kegiatan Ngobrol Pendidikan Islam atau Ngopi merupakan sarana yang tepat untuk menyampaikan berbagai aspirasi tentang pendidikan agama islam, khususnya yang ada di Kabupaten Agam.
Hal ini disampaikan Kakanwil Kemenag Sumbar H Helmi dalam sambutannya di acara Ngopi (Ngobrol Pendidikan Islam) bersama Mitra Kemenag yang berpusat di Ponpes Nurul Huda Baru Karak Kabupaten Agam, Jum’at (22/09).
Dihadapan 75 orang peserta ini, Kakanwil mengapresiasi inisiasi Anggota Komisi VIII DPR RI menyelenggarakan program ngopi di jajaran ponpes maupun madrasah.
Menurutnya berbicara tentang pendidikan di pondok pesantren tak lepas dari sebuah identitas lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Hal itu tertuang dalam histori Indonesia.
Helmi mengisahkan perjuangan bangsa Indonesia tentang resolusi jihad. Ketika kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh bangsa Indonesia atau ketika Jepang kalah pada perang dunia ke II, bahkan dalam UU internasional dapat ditarik kesimpulan, negara yang menang pada saat itu boleh melucuti dan mengambil alat perang yang kalah.
“Disinilah hebatnya bangsa kita para pendiri, para proklamator, ketika Jepang belum menyerahkan kekuasaan kepada sekutu, Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.” Sebutnya.
Namun sejarah mencatat, tentara sekutu yang diboncengi Belanda pada saat itu, ingin kembali menjajah bangsa ini.
“Mereka memberikan ultimatum bahwa dalam tiga hari harus diserahkan kekuasaan Indonesia. Maka kekhawatiran presiden Soekarno kala itu berakhir dengan mendatangi para ulama seperti Hasyim Asy’ari.” Jelas Helmi.
Dari buah pikiran kebangsaan Hasyim Asy’ari dan kawan-kawan pada saat itulah yang mendasari lahirnya resolusi jihad pada tanggal 22 Oktober.
Dimana resolusi jihad menekankan dua hal penting. Pertama, perang menghadapi Belanda adalah wajib ‘ain bagi seluruh umat Islam. Kedua, orang yang berada pada garis 94 kilometer dari area pertempuran wajib ikut berperang.
Tak berselang lama, masuklah Belanda yang juga diboncengi Inggris dan terjadilah pertempuran di Surabaya, persis dua minggu pasca resolusi jihad dikeluarkan, sambungnya.
“Yang kita kenal dengan pertempuran 10 November, para santri dan rakyat saling baju membahu untuk membantu tentara Indonesia yang jumlahnya tidak banyak, sehingga tak sedikit para penjajah yang tewas saat itu,” sebutnya.
Poinnya adalah begitu besar kontribusi ponpes untuk bangsa Indonesia, lanjut Kakanwil. Itulah mengapa hingga hari ini setiap tanggal 22 Oktober bangsa Indonesia resmi memperingati hari Santri Nasional.
Tak tanggung-tanggung penghargaan untuk santri dan ulama, sebut Helmi, dibuktikan pemerintah dengan hadirnya UU nomor 18 tahun 2019 tentang pesantren.
Helmi mengakui semakin hari ponpes kian maju dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan umum lainnya.
“Selain menjadi orang yang tafaqquh fiddin namun juga menjadi generasi yang selalu survive dan update dengan perkembangan kebutuhan zaman. Semoga program Ngopi ini menjadi rujukan yang tepat sasaran bagi legislator kita dalam mengambil kebijakan tentang pendidikan agama Islam di Indonesia khususnya di Agam,” harap Helmi.
Sementara itu Kakankemenag Kabupaten Agam H Thomas Febria menilai Ngopi adalah kegiatan yang sangat positif bagi pendidikan Islam di Sumbar, khususnya Kabupaten Agam.
Secara khusus, ia menyampaikan selamat datang sekaligus apresiasi atas kehadiran Anggota Komisi VIII DPR RI John Kenedy Azis di Kabupaten Agam.
“Menjadi sebuah kehormatan bagi kami, khususnya jajaran Kankemenag Agam dan mitra Kemenag, dengan dihelatnya kegiatan Ngopi ini di Kabupaten Agam. Amanah yang baru saja kami emban terhitung baru tiga hari, belum serah terima jabatan. Namun demi menjalankan amanah ini, maka kita harus tetap bergerak langsung melaksanakan tugas kedinasan yang diamanahkan negara,” ungkapnya.
Menurutnya salah satu fungsi legislatif adalah fungsi pembangunan agama. “Harapan besar kami ini tentu bisa menjadi prioritas kedepannya. Bagaimana anggaran untuk pendidikan agama Islam di Kabupaten Agam lebih meningkat.” Katanya.
Hal itu mengingat secara potensi pembangunan agama di Kabupaten Agam, lembaga pendidikan agama cukup berkembang baik. Sedikitnya ada Lembaga pendidikan agama yang berkembang di Kabupaten Agam.
Diantaranya, tercatat ada 8 MIN, 13 MTsN dan 5 MAN. Sedangkan untuk RA ada 15, MIS sebanyak 4 lembaga, 48 MtsS, 27 MA swasta, 37 ponpes baik Salafiyah dan khilafiyah, 344 MDT, 915 TPQ dan 43 rumah tahfizh.
Jadi secara kwantitas potensi pendidikan di Agam cukup besar dan berpeluang untuk lebih dikembangkan kedepan, lanjut Thomas.
Terlebih dengan adanya perhatian serius pemerintah didukung anggota Komisi VIII DPR RI.
“Secara bersama mari kita bergerak, untuk peningkatan pendidikan agama di masa mendatang.” Tambahnya.
Melalui kegiatan Ngopi bersama anggota DPR RI Komisi VIII, Thomas Febria berharap bisa memperjuangkan ke pemerintah pusat untuk memperhatikan soal pembangunan agama dan dan pendidikan Keagamaan Islam di Kabupaten Agam, tutupnya.(vera)