Bila anda ditanya, apa yang tidak bisa dipisahkan dari generasi milenial hari ini ? Jawabnya smartphone. Ketinggalan dompet tidak seburuk ketinggalan handphone. Tidak dipungkiri bahwa handphone (HP) adalah salah satu alat yang menjadi sumber bagi program digitalisasi yang digagas untuk melakukan lompatan teknologi. Dengan perkembangan teknologi yang sangat dinamis dan cepat, smartphone yang dahulu merupakan barang mewah, telah beralih fungsi menjadi kebutuhan primer untuk menjalani aktifitas sehari-hari di zaman sekarang, hal ini dikarenakan semua aktifitas kita telah shifting dari yang tadinya offline, sekarang semua bisa terlaksana dan terkoneksi secara online menggunakan internet.
Fitur-fitur yang tersedia dalam smartphone sangat membantu meningkatkan kreativitas dan produktivitas pengguna, selain smartphone praktis dan mudah dibawa, penggunaannya juga dibilang cukup mudah. Profesi lain yang sedang banyak diminati dan banyak menggunakan fitur smarphone adalah content creator. Dengan fitur kamera yang mumpuni, aplikasi editing sederhana, dan publikasi melalui sosial media menjadikan smartphone alat tempur yang wajib dimiliki para content creator.
Namun satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi itu ibarat pedang bermata dua, dia bisa digunakan untuk kebaikan sekaligus ia juga berdampak bagi memburuknya kesehatan, penggunaan handphone yang berlebihan menyebabkan ketergantungan dan mengurangi produktifitas, meningkatkan resiko penurunan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi dan mengjrangi kepercayaan diri karena HP memiliki gelombang elekromagnetik, sejenis dengan radiasi non-ionisasi yang memiliki level golongan rendah yaitu memiliki tingkat SAR (specific absorption rate) dibawah 1,6 watt/kg. Walaupun dinyatakan masih aman untuk digunakan sehari hari namun jika dipakai terus menerus maka radiasi yang dipancarkan hp dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan tubuh.
Penggunaan berlebihan juga mengakibatkan isolasi sosial, dimana interaksi tatap muka berkurang yang mengakibatkan rasa kesepian sosial dan hilangnya mood. Dan yang lebih serius lagi akan membutakan hati. Ini yang kemudian diisyaratkan dalam Qs Al-Hajj ayat 46 ; “sebab, bukanlah mata yang menjadi buta, tetapi hati yang ada di dalam dadalah yang menjadi buta”. Bila hati telah dibutakan maka sisi negative handphone telah menjadi “illah” terselubung di era digital ini.
Kata illah menurut Syekh Muhammad Ali as-Shabuni, Rawai’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, (jus 1 hal 17) adalah Pertama; bahwa lafaz Allah adalah nama bagi sebuah zat (entitas) yang disucikan, dimana tidak ada yang berserikat (serupa) dengannya. Sementara lafal al-Ilah adalah nama yang ditujukan kepada Allah dan selain Allah. Kedua; lafaz Allah memiliki makna zat (entitas) yang disembah dengan kebenaran (al-haq). Sementara lafal al-Ilah memilki arti zat atau sesuatu yang disembah, baik dengan jalan yang benar atau tidak, contoh : patung yang disembah oleh orang Arab jahiliyah masa lalu, disebut Ālihatun, bentuk jamak dari lafal Ilahun karena patung itu disembah dengan jalan yang bathil.
Di masa lampau, manusia menyembah patung-patung yang diyakini dapat memengaruhi segala aspek kehidupan. Namun, pada abad ke-21 ini, patung baru yang muncul adalah teknologi/smarphone. Kemajuan teknologi yang cepat, terutama dalam bidang kecerdasan buatan (AI), big data, dan otomasi, telah memberikan kekuatan yang luar biasa dalam menentukan arah hidup manusia. Di tangan manusia, teknologi diperlakukannya sebagai ‘tuhan’ baru yang mengendalikan kehidupan sehari-hari dimana teknologi telah menjadi “tuhan” terselubung di era digitalisasi.
Dalam konteks aqidah ini sangat penting untuk dievaluasi. Al-Quran memakai kata “tuhan” untuk sebutan tuhan selain Allah, seperti menyebut berhala, hawa nafsu, dan dewa. Namun kata “Allah” adalah sebutan khusus dan tidak dimiliki oleh kata lain selain-Nya, kerena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujud-Nya itu yang berhak menyandang nama tersebut, selain-Nya tidak ada, bahkan tidak boleh, maka jangan sampai membuat “illah” selain Allah, karena hanya Allah yang bisa dijadikan “illah”.. Hanya Dia yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak ada nama yang lebih agung dari nama-Nya itu. Keesaan Allah dapat dibuktikan logis bahwa hanya ada satu Tuhan.
Imam Ibnu Katsir menuliskan bahwa lafal Allah adalah sebuah nama bagi Tuhan Yang Maha Memberi berkah dan tinggi. Nama yang sangat agung dimana memiliki seluruh sifat-sifat keagungan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al-Hasyr [59]: 23,
هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْمَلِكُ ٱلْقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلْمُؤْمِنُ ٱلْمُهَيْمِنُ ٱلْعَزِيزُ ٱلْجَبَّارُ ٱلْمُتَكَبِّرُ
“Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Maharaja Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala Keagungan.”
Selanjutnya menyambut bulan syawal tahun ini, kita harus menghindari pula sifat takabur. Takabur ialah meninggalkan kebenaran dan mengambil selain kebenaran. Takabur yang paling berbahaya ialah takabur kepada Allah, yaitu bila dengan tenang melakukan kejahatan dan mengambil illah selain dariNya.
Pada suatu hari Rasulullah melewati sekelompok orang yang sedang berkumpul. Beliau bertanya, “karena apa kalian berkumpul disini?” Sahabat menjawab, “Ya Rasulullah, ini ada orang gila sedang mengamuk. Karena itulah kami berkumpul di sini”. Beliau bersabda, “orang ini bukan gila. Ia sedang mendapat ujian. Tahukah kalian siapakah orang yang benar-benar gila, al-majnun haq al-majnun ?”. Para sahabat menjawab, “tidak ya Rasulullah”. Beliau menjelaskan, “orang gila adalah yang berjalan dengan sombong, yang memandang orang dengan pandangan merendahkan, yang membusungkan dada, berharap akan syurga Tuhan sambil berbuat maksiat kepada-Nya, yang kejelekannya membuat orang tidak aman dan kebaikannya tidak pernah diharapkan. Itulah orang gila yang sebenarnya. Adapun orang ini hanya sedang mendapatkan ujian saja”. (Meraih Cinta Ilahi, Jalaluddin Rahmat, hlm 220).
Marilah kita berharap kepada Allah, merendahkan diri kepada-Nya dan memohon ampunan-Nya, tentu saja kita harus menggugurkan semua tuhan-tuhan selain Allah, baik dalam keyakinan maupun dalam beramal, bukan hanya meningkatkan kuantitas amal shaleh, namun lebih hebat dari itu adalah meningkatkan kualitas iman, karena tidak cukup hanya amal shaleh tanpa memperbaharui aqidah, keyakinan akan Allah yang berimplikasi kepada berbagai hal. Cukuplah Allah sebagai satu-satunya tuhan yang disembah yang berimplikasi kepada pengamalan Islam yang kaffah dalam kehidupan. Wallahu a’lam.
Hendri Pani Dias, Pembina/Dosen STIT, juga Kabid Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Sumbar.