Hari Kedua Pembekalan, Begini Komentar dan Pesan Tegas Pelatih KSM kepada Peserta

Padang (Humas)- Koordinator instruktur pembina KSM Sumatera Barat Ardi selaku instruktur training center KSM menegaskan perlu ketekunan dan kedisiplinan tinggi bagi 11 peserta KSM Sumatera Barat dalam kegiatan pelatihan.

Ditemui humas saat jeda pelatihan, Rabu (23/08) petang, Ardi sebagai pelatih atau instruktur Mapel IPA Terintegrasi tingkat MI (Madrasah Ibtidaiyah) mengatakan dari segi keterampilan, peserta Mapel IPA Terintegrasi MI Raiga bagus dalam penguasaan materi. Hanya saja cara belajarnya tergolong kinestetik.

“Maunya bergerak, kadang dia cuek dan ngambang namun ketika dilontarkan pertanyaan dia bisa menjawab. Namun, kalau sedang tidak mood dia sembarangan dan asal saja menjawabnya.”terangnya seraya tersenyum.

Disinilah dibutuhkan kesungguhan dan  trik pelatih untuk mengayomi dan mengarahkannya.

“Saya coba memberi contoh soal dia cuek. Kemudian saya coba mendengar dia cerita dan saya masuk dari ceritanya baru bisa dilanjutkan lebih dalam ke materi.” Katanya. 

Ia menilai peserta IPA terintegrasi Raiga tergolong anak hiperaktif dan perlu metode khusus dalam menghadapinya. Sebab kalau dipaksakan anak tersebut dengan materi justru akan sia-sia dan mental.

Ardi mengaku menerapkan sejumlah metode pembelajaran dalam training center ini. Diawali dengan menyuguhkan hal yang paling disukai peserta. Agar bisa masuk ke materi maka di coba mengawali dengan memutar film terkait materi, lalu dia fokus. Nah dari situ kemudian muncul pertanyaan, yang akan bisa menggali lebih dalam dan dikembangkan.

“Misalnya cerita tentang invertebrata dan cerita tentang molusca, kalau mulai mengambang lagi, dialihkan dan saya ajak melihat cerita lain seperti gurita. Kemudian tentang cacing. Dari sana kita tayangkan bagaimana ia berkembang biak dan tumbuh. Ada melalui perkawinan dan tanpa perkawinan. Kalau tumbuhan bgm? keluarlah tunas. Kalau hewan bagaimana? contohnya pada hewan, itulah reproduksi. Selanjutnya dikembangkan. Anak anak interaktif harus dikombinasikan cara belajarnya.” Beber Ardi.

Sedikitnya ada beberapa catatan penting yang dikedepankan Ardi untuk seluruh peserta KSM. Selain penguasaan materi sains, yang tidak kalah penting penguasaan sains dengan konteks nilai-nilai Islam.

“Sedikit kelemahan kita selama ini biasanya mensinkronkan ayat dengan hadits, karena sebagian tulisan arab gundul (kitab kuning). Memang perlu dikuatkan tentang kemampuan membaca ayat tanpa baris ini. Terlebih lagi peserta cukup banyak dari sekolah umum (SMA). Sehingga penguasaan agamanya perlu diafirmasi lagi secara intens. Kecuali mereka dulunya berasal dari MTS atau pondok.” Imbuh Ardi.

Secara khusus ia berpesan agar seluruh peserta KSM tekun belajar secara mandiri disamping pembekalan ini. 

“Saya pribadi, lebih cenderung belajar pada waktu dini hari. Jam 2-3 keatas. Siang mereka bisa beristirahat. Mungkin bisa diarahkan bahasan materi yang ada di youtube secara mandiri. Dan paling penting, harus disiplin dalam belajar, istirahat dan menjaga kesehatan. “

Kepada para pendamping dari sekolah atau pun madrasah, Ardi menuturkan perlu pembinaan sejak dini terkait menghadapi KSM ini. Terutama pembinaan dimadrasah/sekolah idealnya 7 bulan dilakukan oleh guru.

Ardi mengisahkan pernah ada kasus, yang terpilih di Kabupaten justru yang kurang mumpuni. Hanya saja karena saat ujian dia berhasil, akhirnya terpilih mewakili daerahnya, tapi track recordnya tidak memungkinkan.

Sementara, untuk perwakilan ke nasional perlu dilihat dan dijaga track recordnya. Kalau bisa yang ikut pembekalan KSM ini untuk perbidang tidak 1 orang peserta. Selain itu tingkatan kelasnya jangan sama saat ikut KSM, supaya ada regenerasi dan pengalaman.

Intinya, dinilai Ardi materinya integrasi ada 25 persen, berharapnya 70, sciencenya juga bagus. Kelemahan yang perlu diperbaiki pada nilai islamnya yang kurang. Ada soal jumlah ayat surat. Ini tantangan yang perlu diperkuat. 

Kalau bisa setiap instruktur yang dilibatkan betul betul sesuai bidangnya.”tambah Ardi.
Ia menilai, para pemenang KSM even nasional sebelumnya untuk Sumatera, yang awalnya punya kemampuan 40-45 persen. Karena persiapan yang matang dan berlatih secara teknis bisa melesat ke angka 80 persen, sambungnya.

“Sementara kita di Sumbar, yang awalnya kemampuan awal 60 persen, karena kurang intensifnya persiapan maka cuman bisa mencapai 70 persen. Seperti Riau, Aceh dan Kepri tahun lalu bisa meraih medali emas, kemajuannya sungguh siginifikan,” imbuhnya lagi.

Ardi meyakini sebenarnya dalam konsep dakwah itu ada kesungguhan. Kesungguhan dalam menuntut ilmu dan memberi ilmu. Namun kebanyakan orang, kalau tidak karena sesuatu, berat untuk melakukan yang maksimal, dengan kata lain berharap pamrih. 

“Prioritas utama kita dalam melatih bukan honor tapi kemauan tanpa pamrih untuk mengangkat nama Sumbar di kancah nasional,” tandasnya.

Sementara itu, Azizu selaku pembina Mata Pelajaran Matematika Terintegrasi untuk MI menyebut Matematika menjadi satu dari beberapa materi uji. Menurutnya peserta perlu mengenali dengan baik, bentuk serta karakteristik soal matematika yang dipadukan dengan nilai-nilai Islam dari KSM melalui contoh soal yang pernah disuguhkan pada komepetisi sebelumnya.

Mewakili Narwen dosen Fakultas Matematika jurusan Matematika Unand Padang. Azizu yang juga sebagai dosen LB di  universitas IAIN Imam Bonjol dan Andalas juga jurusan matematika ekonomi itu mengaku peserta Matematika Terintegrasi MI tahun ini punya kemampuan dan potensi yang bagus.

“Hanya saja, tantangannya mengalahkan kecenderungan anak-anak mudah jenuh dalam belajar. Kita harus punya siasat dan trik dalam mengajar mereka,” terang Azizu.

Untuk itu, perlu diberikan soal hitungan dengan game atau pun sajian video terkait hal itu. Kabar baiknya, peserta ini menguasai teori  pembagian dan penjumlahan dengan baik. 

Selain itu, Azizu merinci untuk tingkat MI khususnya matematika, diawali dengan pemahaman terhadap konsep matematika dulu. Selepas itu, diberikan soal cerita yang ada pada tahun-tahun sebelumnya, termasuk soal aplikasi yang terkait agama. 

Misalnya Ayat al Quran yang mengandung nomor Surat dan nomor Asmaul Husna yang dikaitkan secara matematis dengan teori himpunan dan bilangan. 

“Contohnya mencari banyaknya bilangan yang habis dibagi bilangan lain atau pemfaktoran. Misalnya banyaknya malaikat yang dibagi nabi ulul azmi. Jadi Jawabannya matematika yang berhubungan dengan agama. Jawabannya dalam bentuk huruf hijaiyah dan angka.”jelasnya.

Disisi lain ia menilai sejumlah afirmasi yang penting dilakukan selama pembekalan adalah memperkuat dan mempertajam soal soal. Seperti teori bilangan, konsep geometri, bangun ruang dan  bangun data aljabarnya untuk dapat mencari nilai x nya. 

“Khususnya lagi teori-teori kombinatorika tata cara menghitung peluang. Banyaknya cara orang duduk melingkar. Bahkan peserta untuk mapel Matematika terintegarasi ini minimal harus hapal Juz 30,” cetusnya.(vera)

 


Editor: -
Fotografer: -