Jadi Pembicara di Radio Padang FM, Ny Rosnimar Mahyudin Kupas Lima Pola Parenting Islami di Era Digital

Padang (Humas)- Memiliki hubungan keluarga harmonis dapat membuat anak merasa aman dan dicintai. Tak hanya itu, keharmonisan dalam keluarga juga mampu membuat kehidupan dan pasangan terasa lebih baik. Kehangatan dan kasih sayang satu sama lain menjadi salah satu ciri dari keluarga harmonis. Hal itu bisa terwujud ketika orangtua membekali diri dengan wawasan keislaman dan ilmu parenting.

Demikian penegasan, Ny Rosnimar Mahyudin saat menjadi pembicara dalam Program Masail Islamiyah melalui 102.6 Padang FM,  Selasa (12/03/2024) petang.

“Marilah bersama-sama menciptakan keharmonisan dalam keluarga, dimana sebagai orangtua harus membekali diri dengan ilmu tidak hanya ilmu untuk profesi dalam bekerja namun ilmu dalam mendidik anak. Karena anak adalah amanah, yang berhak mendapatkan masa depan yang baik, tidak hanya dari segi materi namun karakter, keimanan dan ketaqwaan yang tinggi kepada Allah.”tuturnya.

Dimoderatori Desri Nora dan host Sanora Ny Rosnimar membahas lebih jauh bagaimana praktik parenting dalam Islam.  Menurutnya parenting berasal dari kata parent. Parenting secara bahasa pekerjaan yang sedang dilakukan orangtua. Secara definisi parenting adalah ilmu yang dipedomani orangtua dalam mengasuh, mendidik dan membimbing anak dengan baik dan benar.

Menurutnya konteks parenting dalam Islam adalah ilmu ilmu dalam mengasuh, membimbing dan mendidik anak, tentu saja sesuai dengan kaidah Islam yang didasarkan pada Al-Qur’an dan hadist.

Parenting adalah bentuk pola asuh yang bisa dilakukan orang tua dengan mengasuh anak sesuai ajaran Islam. Hal ini perlu dilakukan agar anak tumbuh menjadi pribadi yang baik dan taat dengan agama.

Ia menegaskan bahwa mendidik anak dalam ajaran Islam perlu dilakukan agar anak memiliki akhlak mulia.

Parenting adalah suatu metode atau pola asuh orang tua yang dilakukan untuk membangun karakter anak berdasarkan ajaran Islam dan sunah Rasul.

Tujuan penerapan pengasuhan anak ini adalah untuk membentuk kepribadian yang berakhlak mulia serta menjadi pribadi yang tangguh sejak dini. Jenis pola asuh ini perlu diterapkan oleh orang tua yang beragama Islam.

Pasalnya, dengan mendidik anak berdasarkan ajaran Islam anak akan lebih paham tentang perilaku yang benar dan salah. Selain itu, pribadi anak juga cenderung lebih tenang dan patuh kepada orangtua.

Ia menilai sangat wajar praktik parenting yang terus digalakkan sejumlah lembaga dan pihak terkait. Hal itu ditujukan agar  dapat menjadikan para orang tua bisa mengerjakan tugasnya sebagai orangtua yang mengarahkan anak. Sehingga anak anak memiliki karakter yang kuat dan berakhlak mulia.

Selain itu Rosnimar menuturkan parenting juga bertujuan untuk mampu memupuk kebiasaan dan aktivitas yang baik sejak dini.

Pihaknya juga sepakat menyatakan orangtua adalah madrasah utama bagi anak-anak mereka. Sebagai madrasah, seyogyanya orangtua harus memiliki ilmu parenting.

Bagi Rosnimar anak ibarat lembaran kertas putih yang kosong, orangtualah yang berperan menentukan warnanya. 

“Seperti apa hasil yang ingin kita dapat, tentu bergantung dari apa yang kita mulai dalam membimbing mereka,” sebutnya.

Dengan parenting yang tepat dan benar akan membentuk dan mencetak anak yang berkarakter kuat, tidak mudah goyah, dan bertumbuh dengan kepercayaan diri serta taat kepada orangtuanya.

Melalui sejumlah metode parenting dan  pola asuh di tengah masyarakat. Diantaranya pola asuh otoritatif, yang maknanya bersifat lebih demokrasi. Dalam pola ini terjadi komunikasi dua arah, dimana orangtua responsif terhadap apa yang disampaikan anak dan memberikan ruang diskusi disertai sikap tegas dan terbuka.

Ada pula pola asuh otoriter, berlangsung hanya satu arah. Dimana orangtua lebih banyak melakukan intruksi yang bersifat perintah. Berdampak negatif kepada kepercayaan diri karena orangtua yang cenderung mudah mendikte.

“Anak anak bisa menjadi cepat merasa bersalah dan suka berbohong,” katanya 

Ketiga, pola asuh permisif. Dimana polasuh ini lebih bersifat demokratis, hanya saja lebih cenderung kepada bagaimana sang anak merasa nyaman saja. 

Sehingga disini terkesan orangtua jadi lemah. Dengan kata lain sudah untuk mengatakan tidak. Dalam metode parenting ini, akan melahirkan anak yang manja dan tidak mandiri, dan mudah membantah orangtuanya.

Pola asuh nicklefull acuh atau cuek. Sehingga anak -anak tidak memiliki batasan yangvjelas dan tegas dalam bertindak.

Orangtua cenderung tidak memikirkan kebutuhan anak, bahkan sikap acuh orang tua tipe seperti ini akan menjadikan anak menjadi mudah rendah diri, impulsif, dan tidak mampu berpendapat.

“Rata rata anak yang punya irangtua seperti ini sesungguhnya tidak pernah benar -benar bahagia 

Sejumlah Pola asuh tersebut akan bisa menjadi indikator keberhasilan orangtua dalam mendidik anak. Baik itu dalam bidang akademik, kesehatan mental, harga dirinya, hubungan sosial dengan masyarakat atau kurang adaptif ditengah masyarakat.

Disisi lain fakta yang berkembang, tak sedikit dinamika parenting di era digital yang harus diimplementasikan orangtua kepada anak-anak mereka.

Sedikitnya Rosnimar Mahyudin, menyebut ada beberapa tips untuk mengelola praktik parenting diera digital. Pertama,  orangtua harus menyadari bahwa anak adalah amanah dari Allah. Tidak semua orang diberi amanah tersebut. 

“Setiap amanah, pasti akan dimintai pertanggungjawabannya,” katanya.

Kedua, menanamkan Iman sejak Dini
Salah satu tips menerapkan parenting Islami adalah dengan menanamkan keimanan sejak dini kepada anak. Orang tua bisa mengajarkan kepada anak untuk mencintai Allah serta Rasul-Nya dan mencontohkan cara beribadah.

Selain itu, orang tua juga bisa mengenalkan anak tentang proses penciptaannya.

“Buatlah hati anak terhubung dengan sang Khaliq. Tentu bukan hal yang mudah bagi segelintir orang tua. Menanamkan keimanan sejak dini disertai dengan tauladan orangtua.”katanya.

Ketiga, menanamkan rasa hormat dan memuliakan Al-Qur’an . Sejak perempuan hamil sudah mengenalkan lantunan yat suci Al-Qur’an , hingga mereka tumbuh menjadi anak yang terus berkembang sesuai dengan usianya.

Keempat, mengajarkan dan menanamkan anak bagaimana beribadah mulai dari salat, hingga berdzikir serta banyak menggiatkan cerita kisah nabi, yang relevan dengan usia mereka.

“Kita wajib terus mengingatkan, sebagai orangtua, yang penting tetap terus berusaha sampai anak terbiasa hingga menjadi kebutuhan dan tertanam konsep itu dalam diri anak,” katanya.

Kelima, mengajarkan dan membiasakan anak salat lima waktu. Pasalnya, salat adalah suatu kewajiban bagi setiap orang muslim, sehingga Anda perlu membiasakan hal ini kepada anak sejak masih dini.

Namun demikian, Rosnimar menyebut kelemahan orang tua pada umumnya adalah memperlakukan anak sebagaimana orangtuanya dididik dan tumbuh berkembang pada masanya dengan orangtua dahulu.

“Padahal itu sudah tidak bisa dipraktikkan demikian, zaman sudah berbeda. Rasulullah pun menganjurkan orangtua untuk mendidik anak sesuai dengan zamannya, karena itu akan akan lebih efektif,” imbuh Rosnimar.

Itulah mengapa, dinamika perkembangan zaman patut menjadi acuan bagi orangtua dalam mengembangkan kepribadian seorang anak. 

“Mungkin masa lalu ada pepatah biar lambat asal selamat, zaman sekarang slogannya sudah berbeda asal cepat, tepat dan selamat.” Sebutnya.

Untuk itu orangtua dituntut melek teknologi sehingga bisa mengontrol anak saat menggunakan media sosial dan aplikasi teknologi yang berkembang. 

Disinilah, tuntutan orang tua perlu menambah pengetahuan, wawasan, tidak mudah berpasrah diri dengan ketiadaannya. 

“Minimal bisa mengawasi, membatasi diri dan mengontrol anak saat bermain gadget,” terangnya.

Kontrol penuh orangtua dalam memberikan kepercayaan dan quality time  juga menjadi sebuah keniscayaan dalam parenting ini.

“Kesibukan orangtua sebagai tenaga profesional tanpa disadari kerap mengabaikan kebutuhan anak,” tukasnya.

Selain itu, menurut Rosnimar Mahyudin peran ayah dan ibu sangat berimbang. Mengingat peran dan tugas seorang ibu sudah sangat luar biasa banyaknya. 

Tugas mendidik anak adalah tugas kedua orangtuaz saling bergandengan tangan nata ayah dan ibu. Dengan hadirnya keseimbangan antara peran ayah dan ibu akan melahirkan anak anak yang cerdas.

Dikatakan Rosnimar komunikasi yang baik antara ayah dan anak besar pada aspek kognitif dan fungsi eksekutifnya. Ia menjadi anak yang mampu menyelesaikan masalah dan lebih terbuka. Perkembangan emosi anak juga didapat dari perhatian seorang ayah. Bahkan peran ayah yang peduli dengan anak, akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan identitas seksual.  

Ketika ada parenting , diharapkan tidak hanya diprioritaskan kepada para ibu namun juga sang ayah.

Lanjut dalam bincang hangatnya, Rosnimar mengingatkan dengan kepekaan dan kepedulian orangtua terhadap ilmu parenting, secara automaticly karakter anak akan terbentuk.

Untuk itu selain mengajak para orangtua untuk senantiasa mengedukasi sekaligus mengingatkan dampak negatif penggunaan gadget  kepada anak anak mereka, juga perlu melakukan pendekatan akademis atau keilmuan kepada anak-anak.

“Sebagai guru Biologi, dalam mapel sistem koordinasi, saya senantiasa mengajarkan bahayanya bagi anak anak jika menonton film porno. Kalau pun sudah pernah, tolong dihentikan, tidak saja otak yang bisa terbunuh, namun juga masa depan anak anak itu sendiri,” terangnya.

Harapannya, dengan terus mengingatkan dan mengedukasi mereka, anak anak usia remaja misalnya sudah bisa membentengi diri dengan pemahaman bahanya dan mengerikannya dampak film porno tersbsut.

Sedangkan bagi orangtua, selain update teknologi ,melihat dan mengontrol gadget anak secara rutin, memanfaatkan quality time, banyak berdiskusi  dengan isu isu hangat yang berkembang.

Khususnya bagi seorang ibu, terlebih bagi tenaga profesional, dituntut mampu memanfaatkan waktu untuk diri sendiri atau me time. 

“Entah itu satu hari dalam sepekan atau sebulan, menikmati diri sendiri dengan cara yang paling kita sukai. Itu sangat perlu, untuk menyehatkan mental dan tidak mudah depresi,” sebutnya.

Bagaimana pun perlu ada keseimbangan antara kebutuhan dunia dan akhirat bagi seluruh personil keluarga. Baik itu seorang ayah, ibu maupun anak, tegasnya menutup bincang.(vera)

 

 

 

 

 


Editor: -
Fotografer: -