Jumat di MTsN 2 Solok, H. Syahrul Wirda: Keutamaan Sholat

Koto Baru, Humas – H. Syahrul Wirda, mantan Kakanwil Kemenag Sumbar, Kanwil Kemenag Sumatera Utara yang juga pernah menjabat Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Solok, didaualat sebagai Khatib Jumat di MTsN 2 Solok, Jumat (19/1).

Sholat Jum'at di MTsN 2 Solok dengan Khatib Ustadz Buya Drs. Syahrul Wirda, MM dengan kajian Keutamaan Sholat.

Seperti yang telah kita maklumi bersama bahwa di antara buah tangan Rasulullah Shallallohu 'Alaihi wa Sallam terpenting dari Isra' Mi'raj adalah shalat lima waktu setiap hari. Konon lima kali ini merupakan bilangan terakhir yang diajukan oleh Rasulullah Shallallohu 'Alaihi wa Sallam kepada Allah SWT, setelah sebelumnya Allah SWT memerintahkan untuk shalat lima puluh kali.

Memang benar, kini kita baru merasakan betapa beratnya menjaga shalat lima waktu setiap hari. Apalagi hubungannya dengan ikhtiar untuk menjaga kualitas shalat kita, itu sebabnya khutbah jumat kali ini kita menyampaikan hal tersebut. Padahal kita mafhum bahwa shalat yang lima ini menjadi tolak ukur ibadah seseorang. Hadits Riwayat at-Thabrani menjelaskan:

أول ما حياسب عليه العبد يوم القيامة الصَلة، فإن صلحت صلح سائر عمله وإن فسدت فسد

سائر عمله رواه الطربان

Artinya: Amal pertama kali akan dihisab untuk seorang hamba di hari kiamat nanti adalah shalat. Maka apabila Shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Dan jika shalatnya buruk, rusaklah semua amalnya. (HR. Thabrani).

Sehingga apa yang Allah SWT firmankan dalam al-Ankabut ayat 45 akan terlaksana.

إن الصَلة تنهى عن الفخشاء واملنكر

Artinya: Sesungguhnya shalat itu (dapat) mencegah perbuatan keji dan mungkar.

 

Kekhusyu'an bukanlah hal yang mudah, khusyu' dalam shalat memerlukan latihan dan latihan. Dalam sebuah kisah; suatu ketika sahabat Ali Karramallahu Wajhah diuji kekhusyu'annya oleh Rasulullah Shallallohu 'Alaihi wa Sallam dalam dua raka'at shalat. Namun Sahabat Ali yang memiliki julukan 'babul 'ilmi' hanya berhasil khusyu' dalam satu raka'at.

Sesungguhnya khusyu' itu adanya dalam hati. khusyu' hanya dapat dirasakan dan sulit sekali untuk digambarkan dengan kata-kata. Mereka yang telah berhasil dalam khusyu' mungkin takkan pernah dapat menceritakan dalam ungkapan kata. Namun mereka hanya dapat bercerita bahwa khusyu' itu haruslah melalui latihan dan pembiasaan. Seorang sufi agung pernah berkata, bahwa khusyu dalam shalat dapat terbagi menjadi 3 (tiga) tingkat.

Tingkatan Ta'abbud. Tingkatan awam yang dalam shalatnya benar-benar memposisikan diri sebagai seorang hamba yang papa yang mengharapkan do'anya dikabulkan dan sangat memerlukan pertolongan dari Allah yang Maha Kuasa. Shalat dengan model khusyu' semacam ini menurut kategorinya termasuk model shalat tingkat a'abbud.

Tingkatan kedua adalah Taqarrub yaitu kekhusyu'an yang melampaui tingkatan pertama. Mereka yang berada dalam posisi taqarrub dalam shalat hanya menginginkan keintiman dengan Allah SWT. Mereka tidak lagi memperdulikan do'a-doanya. Karena mereka telah melihat dunia begitu hina. Sehingga tidak perlu lagi dikejar dan dipinta. Bahkan mereka merasa malu jika terus-terusan meminta dunia kepada Allah SWT. Karena mereka hanya menginginkan kedekatan diri kepada-Nya.

Dan tingkatan ketiga adalah Tawahhud yaitu kekhusyu'an dalam shalat yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Mereka memposisikan shalat sebagai media penyatuan diri kepada Allah SWT. Yaitu sebuah proses ketika sifat kemanusiaan tersedot (majdzub) oleh sifat ketuhanan. Atau ketika sifat ketuhanan itu melebur sifat kemanusiaan, tidak ada lagi pemisah antara hamba dan Tuhannya.

Dari ketiga tingkatan shalat ini, tidak ada alasan lagi bagi seorang muslim untuk meninggalkan shalat tidak juga mereka yang mengaku wali ataupun yang benar-benar wali. Karena derajat seseorang tidak membebaskan mereka dari kewajiban shalatnya.

Dan lebih dari itu, sesungguhnya melaksanakan shalat merupakan bukti penghargaan kita kepada Rasulullah Shallallohu 'Alaihi wa Sallam. Bukti kebahagiaan kita menyambut buah tangan Rasulullah Shallallohu 'Alaihi wa Sallam dari Isra' dan mi'raj. Rahmat | Fendi


Editor: Fendi
Fotografer: Rahmat