Padang (Humas)- Bimtek sebagai stimulasi bagi humas untuk bisa membangun brainstorming. Sehingga para humas mampu mengkaji program utama dan bertukar ide dan pikiran terkait isu isu dan permasalahan yang berkembang ditengah masyarakat.
Ungkapan ini ditekankan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Suyitno saat membuka dan memberi arahan pada kegiatan Bimbingan Teknis Kehumasan yang digelar BDK Padang di The ZHM Premiere, Jum'at (11/10/24) dihadapan puluhan praktisi humas.
Disamping itu, Suyitno menyebut brainstorming tidak hanya membantu humas dalam memahami isi isu dan topik secara menyeluruh, melainkan memberikan kebebasan berargumen, bertukar pikiran, meningkatkan teamwork, kemampuan public speaking, serta problem solving (penyelesaian masalah).
“Hal ini penting, minimal untuk membedah kasus dan permasalahan yang terjadi dimasing masing unit kerja," katanya.
Suyitno melihat dengan brainstorming, humas bisa menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan berkualitas. Bagaimana pun kendala dan tantangan yang dihadapi humas lembaga tentunya sangat beragam.
“Disinilah tantangan peran humas agar berpikir kreatif, inovatif, dan cepat tanggap terhadap sebuah permasalahan. Baik itu dari humas Kanwil Kemenag Sumbar, BDK, UPT maupun perguruan tinggi, atau satker Kemenag lainnya,” ujar Suyitno.
Disisi lain, Suyitno memandang humas juga perlu membangun ghirah belajar menambah insight dan skill melalui platform yang berkembang di era digital secara mandiri.
Menurutnya kegiatan bimtek ini salah satu esensinya adalah untuk meningkatkan kompetensi humas Kemenag, dalam mengoptimalkan berbagai platform digital. Hal itu guna memperkuat reputasi positif Kemenag di mata publik.
Bahkan, bimtek dinilainya sebagai wadah untuk membedah kasus dengan harapan sarana berbagi informasi satu sama lain.
Selain membutuhkan wawasan keilmuan, praktisi humas juga memerlukan unsur kreativitas untuk mendapatkan hasil kerja yang tepat, unik dan tidak membosankan. Sehingga dapat menarik hati dan potensial public terhadap produksi berita dan konten yang dipublikasikan.
Dalam konteks ini, Suyitno juga membagikan sejumlah catatan penting bagi para humas yang ada di Sumbar.
Pertama, Kaban menekankan pentingnya kemampuan humas dalam menentukan angle berita yang tepat, terutama saat menangani isu-isu sensitif. Baik yang berkembang di internal lembaga, nasional maupun global.
"Kita perlu mengkapitalisasi semua modal kehumasan untuk mengemas program dari unit kerja menjadi bahan publikasi yang mampu mendongkrak citra lembaga. Hal ini tentu saja dilakukan dengan mengambil angle narasi yang berbeda dan menarik,” tegas Suyitno.
Kedua, kreativitas dalam mengemas berita menjadi sebuah keniscayaan bagi humas. Menurutnya humas harus mampu mengemas berita menjadi apik dan menarik.
Kendati berita pemerintahan kerap dipandang monoton dengan khas seremoninya, Suyitno melihat humas perlu dituntut untuk menjadikannya menarik dengan pendekatan kreatif dan inovatif. Misalnya melalui judul yang sedikit berbeda, bisa saja dibuat judulnya terkesan provokatif namun ada solutif didalam narasi berita.
“Humas harus cakap dalam mengemas berita menjadi narasi dan judul yang menarik. Agar angle berita jadi menarik, humas dituntut mampu melihat dan mencari peluang relevansi judul dan narasi berita sehingga terlihat berbeda dari yang lain.” Tambahnya.
Kaban Suyitno juga mendorong para humas untuk selalu mengikuti tren media dan memperkaya wawasan dengan banyak membaca informasi dari beragam platfrom yang ada.
“Humas harus responsif terhadap isu yang berkembang dan selalu menggali dan mencari pengetahuan baru tentang tren berbagai platform media,” tambahnya menyebut pesan ketiga.
Keempat, Kaban mengajak humas untuk mampu mengkapitalisasi networking antar unit dan antar satker. Mengingat media hari ini sudah mengalami transformasi digital, tentunya sangat memungkinkan bagi humas untuk bisa saling menyuplay informasi, bahkan bisa diblusting oleh satu satker kepada satker lainnya.
"Sudah semestinya kita saling menguatkan karena kita semua berada dalam satu rumah yang sama. Satu keluarga besar, hanya beda kamar saja, tapi rumahnya masih sama yaitu Kemenag. Jadikan Bimtek ini sebagai wahana supaya saling menguatkan kelembagaan. Saling follow, saling like dan share dan comment medsos satu sama lainnya." Pesannya.
Terlebih lagi, menurut Suyitno setiap orang bisa menjadi humas "Everyone can be public relations" dengan cara dan keunikan masing-masing. Terkait dengan fungsi kehumasan itu, ia mengatakan bahwa pada prinsipnya setiap orang adalah humas bagi dirinya sendiri.
Dengan kata lain pada communication era digital, Suyitno menyebut akan bisa membuat setiap individu menjadi produsen informasi, seperti membuat akun di berbagai media sosial.
Itulah mengapa faktanya hari ini profesi humas tidak selalu harus linear. Tantangan hari ini seperti itu. Menurut Suyitno hari ini tidak lagi bicara soal linearitas. Era digital tidak lagi berbicara tentang linearitas.
Pihaknya meyakini bidang ilmu kompetensi, bisa didapat dari semua disiplin ilmu. Sehingga, skil humas yang menjadi tantangan di hari ini tidak lagi melihat background pendidikan dan disiplin ilmu.
“Humas bisa dikatakan sebagai jubirnya institusi. Kalau humas tidak cakap mempublikasikan dengan baik, mengemas lembaga baik dalam personality, sampai tingkat pemberitaannya, tentu akan berpengaruh kepada citra lembaga,”ungkapnya.
Dengan pertemuan melalui bimtek tersebut, Kaban berharap para humas di Kementerian Agama dapat terus berinovasi, kreatif, dan berkontribusi dalam menjaga citra lembaga di mata publik.
Hadir sebagai narasumber Sekretaris Badan Litbang Keagamaan Kemenag RI M Arskal Salim GP, Pranata Humas Muda Sri Hendriani. Turut hadir Kepala BDK Padang H Risani, Kasubbag TU BDK Padang H Aprianto dan Dessi Akhriani Ketua Tim Humas BDK Padang, 30 orang humas terdiri Humas BDK, UPT Asrama Haji Padang, UIN Imam Bonjol Padang, termasuk 4 perwakilan Humas Kanwil Kemenag Sumbar Rizki Ronaldi, Eri Gusnedi, Rina Risna dan Vethria Rahmi.(vera)