Padang, Humas -- Kepala Bidang Penerangan Agama Islam dan Pemberdayaan Zakat dan Wakaf (Penaiszawa) Kanto Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag Sumbar) Abrar Munanda memimpin upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke-117, Selasa (20/05/25) bertempat di halaman Kanwil Kemenag Sumbar.
Kabid Penaiszawa Abrar Munada Inspektur Upacara membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Digital, pada Upacara yang diikut Eselon III, Ketua Tim Kerja, Jabatan Fungsional Tertentu (JFT), Jabatan Fungsional Umum (JFU) Aparatur Sipil Negara di lingkungan Kanwil Kemenag Sumbar.
Hari Kebangkitan tidak akan ada nilainya jika hanya bersifat serimoni saja, untuk itu harus diisi dan dijadikan sebagai momentum untuk senantiasa bergerak, karena bangkit bukan hanya sesaat, tapi bangkit secara berketerusan, selalu sambung-menyambung
Berikut beberapa makna bangkit dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimasa kontemporer ini, yang dibacakan Abrar Munada:
Pertama, bangkit dengan arti kesadaran akan kebersamaan dan keberagaman, sejak dahulu Negara Indonesia ditakdirkan dalam kondisi yang beragam, kebangkitan ini adalah kebangkitan bersama dalam kontek bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kedua, bangkit dengan makna penguatan identitas Nasional di era serba global, segala informasi mudah didapatkan, perubahan bisa dirasakan secara cepat, maka masyarakat haruslah tetap berpegang teguh kepada Identitas Nasional Kebangsaan sebagai warga Negara Republik Indonesia
Ketiga, bangkit dengan makna semangat untuk tetap berinovasi untuk mewujudkan kemandirian bangsa, mari selalu berkarya dengan sebaik mungkin untuk kemajuan bangsa dan Negara, mari selalu bergandeng tangan seiring, seayun selangkah dan seirama di dalam mewujudkan cita-cita bangsa, yakni kesejahteraan sosial, kemandirian dalam kehidupan kemakmuran dalam kebersamaan
Keempat, makna kebangkitan itu adalah kritis terhadap disinformasi, masa sekarang ini segala informasi mudah sampai dan mudah diakses, namun demikian haruslah selalu diiringi dengan sikap kritis, tidak mudah percaya, sehingga tidak mudah terjebak kepada opini yang menyesatkan.
Kelima, bangkit dalam makna kepedulian terhadap keadilan sosial dan lingkungan hidup, harus selalu menebar kepedulian sosial dalam masyarakat, mari selalu menjaga harmonisasi ditengah tengah kehidupan dengan siapa dan apapun.
Keenam, bangkit dengan makna refleksi terhadap tantangan demokrasi, demokrasi ini cukup dinamis, ini patut disyukuri.
Ketujuh, kebangkitan dengan makna respon cepat terhadap kondisi disrupsi, perubahan yang sangat cepat kadangkala tidak terperkirakan
“Semoga menambah semangat dalam pengabdian sebagai Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat” harapnya mengakhiri sambutan. (egn)