Wajo, Sulawesi Selatan – Gelaran Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional Tahun 2025 resmi memasuki hari pertama perlombaan, Jumat (3/10/2025). Suasana Pondok Pesantren As’adiyah, Sengkang, Kabupaten Wajo, sejak pagi tampak berbeda. Ratusan santri dari berbagai provinsi dan Asia Tenggara memenuhi area pesantren dengan wajah penuh semangat. Di antara mereka, hadir kafilah Sumatera Barat yang siap mengawali perjuangan di panggung bergengsi tingkat internasional ini.
Plt Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat, H. Edison hadir langsung mendampingi kontingen. Tidak sendiri, ia juga didampingi oleh Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Islam (Papkis) Kanwil Kemenag Sumbar, Joben. Kehadiran keduanya menjadi energi tambahan bagi santri Sumbar yang tampil dengan penuh percaya diri.
“Alhamdulillah, kafilah Sumbar siap berlaga dengan semangat tinggi. Kami mohon doa dan dukungan kita bersama agar anak-anak kita mampu tampil maksimal dan membawa hasil terbaik,” ujar Plt Kakanwil dengan nada optimistis.
Menurutnya, MQK Internasional 2025 bukanlah kompetisi biasa. Lebih dari sekadar lomba, ajang ini adalah momentum untuk memperkuat tradisi keilmuan pesantren yang telah ratusan tahun menjadi basis peradaban Islam di Nusantara. “Santri kita sedang mengemban amanah besar, tidak hanya untuk mengharumkan nama daerah, tetapi juga menjaga warisan keilmuan Islam yang tumbuh di pesantren,” tambah Edison.
Hari pertama pelaksanaan MQK Internasional memperlombakan seluruh cabang pada tahap semi final, mulai dari tafsir, fiqih, ushul fiqih, hingga debat bahasa Arab dan debat bahasa Inggris. Semua cabang itu merujuk pada kitab kuning sebagai sumber rujukan utama. Kitab kuning yang selama ini menjadi identitas pesantren kembali menjadi pusat perhatian, dibaca, dikaji, dan diperdebatkan oleh para santri yang mewakili provinsi masing-masing.
Kafilah Sumbar datang dengan persiapan matang. Sejak sebulan sebelum keberangkatan, mereka digembleng dalam berbagai pelatihan intensif. Para pembina dan pelatih telah menyiapkan strategi agar santri mampu menjawab setiap pertanyaan dewan juri dengan argumentasi yang tajam dan rujukan kitab yang jelas. “Kami percaya santri Sumbar sudah siap lahir batin,” kata Ilham, pembina yang ikut mendampingi.
Suasana kompetisi di Pondok Pesantren As’adiyah kian terasa meriah ketika sorak dukungan terdengar dari tribun penonton. Para ofisial, pendamping, hingga sesama kafilah memberikan semangat penuh. Meski atmosfer perlombaan cukup menegangkan, wajah-wajah santri Sumbar terlihat tenang.
Kepala Bidang Papkis Kanwil Kemenag Sumbar, Joben yang turut mendampingi menyampaikan rasa bangganya atas semangat para santri. “Kehadiran mereka di Wajo adalah bukti nyata bahwa pesantren di Sumatera Barat memiliki kualitas unggul. Kita berharap santri mampu menunjukkan prestasi terbaik sekaligus membawa pesan kedamaian dan ilmu ke tengah masyarakat,” ungkapnya.
Joben menilai, momen ini juga sebagai ajang silaturahmi antar pesantren. Di tengah perbedaan daerah, budaya, dan latar belakang, para santri bertemu dalam satu panggung keilmuan yang sama. “Inilah wajah Islam Nusantara. Santri dari berbagai provinsi duduk bersama, beradu gagasan dengan penuh hormat, dan saling memotivasi. Itulah yang membuat MQK Internasional lebih dari sekadar kompetisi,” jelasnya.
Dukungan moral juga datang dari sanak-saudara di Sumatera Barat yang sejak jauh-jauh hari menitipkan doa agar anak-anak mereka bisa berprestasi. Kehadiran kafilah di Wajo dianggap sebagai representasi semangat Minangkabau dalam menjaga tradisi keilmuan Islam. “Kami bangga bisa berada di sini. Semoga usaha kami dapat menjadi kebanggaan bagi Sumatera Barat,” ungkap Muhammad Adnan Hanafi Peserta Debat Bahasa Inggris Putra dari Pondok Pesantren Insan Cendekia Harau dengan mata berbinar.
Gelaran MQK Internasional Tahun 2025 akan berlangsung selama empat hari. Para santri akan melewati tahapan seleksi yang ketat, dengan dewan juri yang berasal dari kalangan ulama, akademisi, hingga pakar kitab kuning internasional. Bagi peserta, kemenangan adalah tujuan, tetapi pengalaman dan kesempatan belajar dari sesama santri jauh lebih bernilai.
Sore harinya, setelah rangkaian perlombaan usai, suasana di asrama peserta kembali hening. Santri-santri Sumbar terlihat kembali membuka kitab mereka, menyiapkan diri untuk pertandingan hari berikutnya. Kesungguhan itu menggambarkan tekad kuat bahwa mereka tidak hanya hadir untuk ikut serta, tetapi untuk memberikan yang terbaik.
“InsyaAllah, dengan doa dan dukungan kita semua, kafilah Sumbar akan memberikan penampilan terbaik. Semoga Allah mudahkan langkah mereka dan pulang dengan membawa hasil yang membanggakan,” tutup Plt Kakanwil, didampingi Kabid Papkis. (Aqib)