Kemenag Gelar Sekolah SPARK 2025 Kabid Urais: Tingkatkan Kapasitas Penyuluh dan Penghulu dalam Resolusi Konflik

Bukittinggi, Humas – Indonesia sebagai negara majemuk dengan keberagaman suku, budaya, agama, ras, dan golongan memerlukan pengelolaan yang baik untuk mencegah potensi konflik. Hal ini ditekankan oleh Kabid Urais Kanwil Kemenag Sumatera Barat, Yosef Chairul, dalam pembukaan Sekolah Penyuluh dan Penghulu Aktor Resolusi Konflik (SPARK) 2025 di Gran Royal Denai Hotel Bukittinggi, 21-24 Juli 2025. “Sumatera Barat sendiri memiliki populasi 5,75 juta jiwa berdasarkan sensus 2024, dengan keragaman etnis seperti Minang dan Mentawai. Suku Minang pun terbagi dalam berbagai klan seperti Chaniago, Koto, Piliang, Tanjung, Sikumbang, dan Pitopang,” ujar Yosef Chairul. Ia menjelaskan bahwa setiap kelompok memiliki privasi dan identitasnya masing-masing. “Jika tidak dikelola dengan baik, keragaman ini bisa menjadi pemicu konflik sosial, baik antar suku maupun dengan kelompok non-Muslim,” tegasnya. Untuk itu, menurut Yosef, pemahaman dan pengelolaan keragaman harus menjadi prioritas untuk menjaga persatuan. “Jika tidak dijaga, konflik bisa muncul dengan mudah. Dan begitu terjadi, penyelesaiannya akan jauh lebih sulit,” katanya. Menurut Yosef Chairul SPARK sebagai solusi mitigasi konflik. Kegiatan SPARK 2025 dirancang untuk memperkuat peran penyuluh dan penghulu sebagai aktor resolusi konflik. Yosef mengibaratkan penanganan konflik seperti memadamkan api selagi kecil. “Lebih mudah memadamkan api saat masih kecil daripada saat sudah membesar dan membutuhkan upaya lebih besar,” ujarnya. Ia berharap peserta dapat memanfaatkan pelatihan ini secara maksimal. “Kami meminta kedisiplinan peserta. Kecuali untuk urusan yang sangat mendesak, mari fokus pada kegiatan ini,” pesannya. Yosef Chairul juga mengapresiasi atas pelaksanaan di tengah efisiensi anggaran. Ia menyampaikan apresiasi kepada Subdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik Keagamaan Ditjen Bimas Islam Kemenag RI yang tetap mengalokasikan anggaran untuk kegiatan ini meski dalam situasi efisiensi. “Ini luar biasa. Di tengah ketatnya Inpres Nomor 1 Tahun 2025 tentang penghematan anggaran, kita masih bisa menyelenggarakan pelatihan penting ini,” ujarnya. Dengan pelatihan ini, Kabid Urais berharap para penyuluh dan penghulu di Sumatera Barat dapat menjadi garda terdepan dalam mencegah dan menyelesaikan konflik, sekaligus merawat harmoni di tengah masyarakat yang beragam.(vera)

Editor: Vethria Rahmi
Fotografer: VR