Kloter 13 Siap Berhaji, Zilwadi Ingatkan Kesempatan “Sekali Seumur Hidup”

Padang, Humas—Tidak semua umat muslim mendapat kesempatan sama untuk menunaikan ibadah haji. Maka jemaah kloter 13 termasuk yang beruntung bisa menjadi jemaah haji tahun 2025, dengan regulasi dan inovasi Kemenag yang terus berupaya memberikan kenyamanan bagi jemaah.

Demikian penuturan Buya Zilwadi saat memberikan pembinaan kepada karu dan Karom Kloter 13. Sebagai satu keluarga besar, seluruh jemaah diingatkan untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, Senin (26/05/25). 

Hal itu mengingat regulasi baru  Undang-Undang (UU) No. 8 tahun 2019 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh, jemaah haji reguler setelah mendaftar, tidak dapat langsung berangkat ke Tanah Suci.

Sebaliknya, jemaah haji akan masuk ke antrian untuk menunggu giliran berangkat haji. Bahkan, lanjut Buya Zilwadi apabila sudah pernah menjalani ibadah haji, maka bisa mendaftar kembali setelah 10 tahun dari keberangkatan haji yang terakhir.

“Waiting list sekarang, bagi yang sudah mendaftar haji itu 25 tahun masa tunggunya untuk Sumatera Barat. Bahkan terlama itu Makassar 46 tahun. Kemungkinan besar tahun 2026 mendatang usia diatas 90 tahun tidak diperbolehkan berangkat haji oleh pemerintah Arab Saudi, maka jangan dia siakan perjalanan haji yang sudah lama ditunggu tunggu ini. Bisa jadi sekali seumur hidup, “ ujarnya.

Dalam pembekalan terakhir di lantai II ruang makan Asrama Haji, Buya Zilwadi bersama Ketua Kloter dan Pembimbing Ibadah Haji serta PHD mengajak Karom dan Karu satu suara mewujudkan haji mabrur. Ia mengajak para petugas dan jemaah saling bersinergi mewujudkan ibadah yang berkualitas.

“Jalan menuju haji mabrur bisa dimulai dari tanggung jawab sebagai ketua rombongan atau ketua regu. Berlapang dadalah dalam menjalankan tugas, karena setiap amanah adalah kepercayaan yang harus ditunaikan dengan ikhlas, karena amanah itu qadar ullah, ” pesannya. 

Buya Zilwadi juga menyoroti perubahan kebijakan Syarikah (perusahaan penyedia layanan haji) di Arab Saudi. Jika sebelumnya hanya satu Syarikah, kini PPIH Arab Saudi bekerja sama dengan delapan Syarikah.

“Perbedaan kebijakan ini tidak boleh jadi penghalang ibadah. Karom dan Karu akan mengawasi pergerakan jemaah agar tetap lancar,” jelasnya. 

Buya Zilwadi menyebut Kloter 13 jemaah istimewa karena menggunakan skema tanazul (pergerakan jemaah pasca wukuf). Dikatakan Zilwadi Untuk mendukung hal tersebut, Kementerian Agama menetapkan dua skema dalam penyelenggaraan haji 2025, yaitu skema murur dan tanazul

Dimana murur merupakan inovasi dalam manajemen pergerakan jemaah haji saat puncak ibadah. Skema ini dilakukan setelah wukuf di Arafah yaitu dengan melewati Muzdalifah tanpa turun dari bis, dan kemudian langsung menuju Mina.

Para jemaah akan diberangkatkan dari Arafah. Dengan begitu, perjalanan menuju Mina menjadi lebih efisien karena tidak perlu berhenti di Muzdalifah.

“Jemaah bergerak dari Arafah setelah maghrib ke Muzdalifah, lalu 2/3 malam masuk ke Mina untuk istirahat sebentar di tenda Mina, kemudian ke Jamarat  melontar jumaratul aqabah dan kembali ke hotel.” Katanya.

Selain murur, Kemenag juga memperkenalkan skema tanazul, lanjut Zilwadi. Hal ini sebagai solusi lain untuk meningkatkan kenyamanan jemaah. Hal ini telah disetujui melalui Keputusan Dirjen PHU Kemenag RI, hasil rukhsyah (dispensasi) ulama Indonesia dan Arab Saudi.

Dimana, tanazul adalah sistem yang memungkinkan sebagian jemaah tidak mabit di tenda Mina, melainkan kembali ke hotel yang dekat dengan Jamarat (lokasi lempar jumrah).

Mereka tetap melaksanakan lempar jumrah, dan konsepnya, jemaah yang tinggal di hotel dekat area jamarat, akan kembali ke hotel (tidak menempati tenda di Mina).

“Dari Arafah lanjut ke Muzdalifah, lanjut ke Mina, dari Mina tidak istirahat, langsung ke Jamarat melontar jumratul Aqabah. Dan dari Jamarat ke hotel, “ jelasnya.

Terobosan ini bertujuan mengurangi kepadatan jemaah haji saat mabit atau bermalam di tenda Mina, sambung Buya Zilwadi.

“Nanti untuk skema mana yang akan dipakai menunggu keputusan final antara ketua kloter dan pihak Arab Saudi atau syarikah,” tambahnya.

Disamping itu, terkait persiapan Ihram dan Miqat,  Buya Zilwadi mengingatkan jemaah laki-laki untuk telah mengenakan kain ihram secara sempurna sejak di asrama.

 “Pakailah dengan rapi agar nyaman selama ibadah,” imbaunya. Soal miqat, jemaah diberi kebebasan memilih untuk mengambil miqat di Yalamlam atau saat tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Kru pesawat akan mengingatkan saat melintasi titik Yalamlam.

“Sebaiknya mandi sunat ihram dan salat sunat di asrama saja. Lebih praktis dan tenang nantinya, ” tambah pensiunan Kemenag ini. 

Dengan segala persiapan matang, terakhir ia mengharapkan Kloter 13 bisa menjadi teladan dalam mengimplementasikan haji mabrur, mengedepankan kebersamaan dan tanggung jawab di tanah suci.

“Mari jadikan perbedaan karakter atau kebiasaan dan tugas sebagai jalan meraih ridha-Nya,” tutup Buya Zilwadi penuh semangat.(vera).


Editor: Vethria Rahmi
Fotografer: VR