Padang, Humas—Dalam suasana hangat dan penuh kehormatan di Gala Dinner Konferensi Wakaf Internasional, Gubernur Sumatera Barat menyampaikan pesan mendalam tentang kebangkitan wakaf sebagai kekuatan ekonomi umat.
Di hadapan tokoh nasional dan internasional, ia menegaskan bahwa Sumbar siap mengambil peran strategis sebagai pelopor pengembangan wakaf produktif di Indonesia.
Hadir Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, pimpinan BAZNAS RI, Badan Wakaf Indonesia, para ulama dan akademisi dari Mesir, Kuwait, Arab Saudi, Maroko, hingga delegasi universitas Kuala Lumpur. Nuansa diplomatik terasa kuat, namun tetap hangat dengan sentuhan budaya Minangkabau yang menyambut setiap tamu dengan elegan.
“Saya menjadi saksi pertemuan besar yang mempertemukan ulama, akademisi, saudagar, dan praktisi ekonomi Islam untuk satu tujuan mulia: menghidupkan kembali semangat wakaf sebagai kekuatan umat dan peradaban,” ujar Gubernur membuka pidatonya.
Ia mengatakan, Sumatera Barat memiliki sejarah panjang dalam tradisi wakaf dan pendidikan Islam. Banyak lembaga pendidikan, masjid, dan pesantren di Minangkabau bertahan karena tanah wakaf yang dikelola para pendahulu. Dari tanah-tanah itulah lahir tokoh besar bangsa.
“Dari wakaf tumbuh generasi berilmu—Tan Malaka, Haji Agus Salim, Buya Hamka, Rahmah El Yunusiyah, Yamin, hingga Tuanku Imam Bonjol. Tradisi besar ini jangan sampai terputus,” ucapnya.
Gubernur menegaskan bahwa momentum konferensi internasional ini harus menjadi titik baru bagi Sumbar untuk meneguhkan posisi sebagai pusat inspirasi ekonomi syariah di kawasan Nusantara dan Asia Tenggara.
“Sumbar akan menjadi salah satu pusat inspirasi ekonomi syariah di Indonesia. Falsafah adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah telah menjadi landasan masyarakat kita selama ratusan tahun. Ini kekuatan yang harus diwujudkan dalam ekonomi modern berbasis wakaf produktif,” tuturnya.
Ia mengapresiasi hadirnya para pakar dunia yang datang membawa gagasan, model, dan pengalaman untuk memperkuat peran wakaf dalam pembangunan peradaban Islam. Menurutnya, kolaborasi internasional menjadi kunci agar potensi wakaf di Indonesia—khususnya Sumatera Barat—tidak hanya menjadi gerakan sosial, tetapi juga mesin ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan.
“Konferensi ini bukan sekadar pertemuan, tetapi langkah strategis memperkokoh nilai-nilai adat dan syarak dalam kebijakan ekonomi umat. Semoga dari Sumbar, lahir kembali peradaban wakaf yang mencerdaskan dan menyejahterakan,” katanya menutup sambutan.
Gala dinner pun berlanjut dengan dialog hangat antar tokoh, mempertemukan pemikiran global untuk satu mimpi bersama: menjadikan wakaf sebagai kekuatan dunia Islam yang modern, berkeadaban, dan berdaya saing.