Padang Aro, Humas--Ada yang unik dari pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Nasional XL tingkat Provinsi Sumatera Barat. Lomba Tilawah Taman Kanan-kanak mencuri perhatian pengunjung.
Masjid Nurul Muttaqin, Sungai Landeh tampak riuh suara anak-anak. Mereka hadir bukan untuk bermain tetapi mengikuti lomba membaca dan menghafal Alquran.
Gian Azka Ardani, salah seorang peserta asal kafilah Kota Pariaman tampak serius membaca kita suci yang ada di genggamannya. Ia mengaku gugup karena baru pertama kali tampil ditingkat Provinsi.
Putra kelahiran Pariaman 7 tahun silam itu datang bersama orang tua dan adik-adik. Begitu juga peserta lain, hampir semua didampingi orang tua dan adik-adiknya.
Azka mangaku sudah mulai belajar alquran sejak usia 3 tahun, usia 6 tahun sudah hafal juz 30. Bahkan ia sudah raih empat kejuaraan ditingkat kabupaten.
Bukan hanya pintar mengaji, Azka juga juara kelas di Sekolah Dasar (SD) 05, limau hantu 7 Koto Sungai Sariak, Padang Pariaman.
Desmiyanti, ibu Azka yang bekerja sebagai perangkat nagari menceritakan bagaimana ia menjaga anak-anaknya dari pengaruh telepon genggam.
"Awalnya sempat diberi ancaman positif, lama kelamaan terbiasa. Jika mau main hp harus ngaji dulu, begitu setiap hari akhirnya dia terbiasa tanpa hanphone, dan punya keinginan sendiri untuk latihan" kata Yanti mengisahkan.
Diakui Yanti ia bersama suami sempat tidak percaya diri, karena kebanyakan peserta, anak ustadz atau qori qoriah. Sedangkan ayah Azka, Syahri Rahayat, hanya penjual pisang dan sayuran, istilah orang Minang "penjual barang mudo".
Ketua Dewan Majelis, Damri Tanjung ikut senang ditunjuk sebagai juri tilawah TK ini. Karena terbawa senang dan bangga melihat penampilan anak-anak hebat, yang usia dini sudah lancar membaca alquran.
"Cabang tilawah TK ini sangat berpotensi memunculkan bakat awal qori qoriah Sumatera Barat. Karena sejak dini mereka sudah diberi wadah untuk menyalurkan bakatnya," ungkap Damri, Sabtu (16/12).
Senada dengan Damri, salah seorang dewan hakim lomba tilawah TK ini bisa melatih mental mereka untuk tetap berani tampil, sehingga bisa maksimal meraih kejuaraan.
Diakui Rifki, lokasi tilawah TK ino jauh berbeda dengan lomba lain, riuh oleh suara anak-anak bahkan ada yang menangis sebelum tampil. Belum suara kakak atau adiknya yang ikut menyaksikan.
"Namun kami dewan hakim meperlakukan peserta dengan sangat ramah. Kita harus menjaga perasaannya. Bahkan mengizinkan orang tua mendampingi sampai ke mimbar," jelas Rifki.
Rifki menceritakan bahkan ada satu peserta yang dalam kondisi sakit, dirawat di rumah sakit tetap gigih untuk ikut berlomba. Ini membuktikab semangat dan tanggungjawab mereka, kata Rifki.
Rifki Diflaizar nama kondangnya, meyakini peserta ini akan menjadi cikal bakal qori qoriah terbaik yang akan mengharumkan daerah kelahirannnya, dan Sumatera Barat ditungkat nasional. Rinarisna