Menyentuh, Haji Mabrur Menurut Jemaah Haji Muda Azzaria Fabiola Zaini

Padang, Humas— Selain jemaah lansia, banyak jemaah belia yang berhaji tahun ini. Ada banyak cerita inspiratif yang patut dicontoh dari para jemaah haji belia ini. Salah satunya kisah Azzaria Fabiola Zaini yang mengaku telah didaftarkan orang tuanya untuk ibadah haji pada tahun 2012.

Memang baru berusia 22 tahun. Namun ia sudah berkesempatan untuk menunaikan Ibadah Haji Tahun 2025 ini bersama ayah dan ibu, kakak dan neneknya. Azza termasuk menjadi salah satu jemaah haji termuda dalam kelompok terbang (kloter) 09 selain jemaah asal Bukittinggi Annisa Saufi (18).

Dibandingkan calon jemaah haji lainnya, sudah tampak wajah Azza sebagai yang paling muda di antara para jemaah calon haji lainnya asal Kota Solok.

Gadis berparas ceria ini menyebut pada saat ia masih duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar orang tuanya telah mendaftarkannya ibadah haji.

“Waktu itu kebetulan pemerintah masih memberikan kesempatan dengan aturannya pada waktu itu bisa mendaftar. Dan saya menunggu selama kurang lebih 13 tahun. Saya didaftarkan abi dan umi, “ ungkapnya.

Berhaji diusia muda bagi Azza sapaan akrabnya adalah nikmat tak terhingga dari Allah SWT. Menurutnya nikmat Allah wajib disyukuri dalam hal terkecil sekalipun.

“Nikmat Allah itu tidak ada kurangnya. Maka bersyukurlah kepada Allah atas semua nikmatNya. Walaupun nikmat itu kecil kita harus tetap bersyukur.” Ungkapnya.

Azza gadis murah senyum ini mengaku sangat berterimakasih kepada kedua orang tuanya yang telah menanamkan pendidikan agama sejak belia.

“Terimakasih umi dan Abi telah mendaftarkan anak umi yang kedua ini ke Baitullah, tempat impian yang ingin didatangi semua umat muslim di dunia. Gak ada nikmat yang terasa kurang bagi diri Azza. Atas semua didikan dari kecil hingga besar. Azza bersyukur sekali,” ungkapnya.

Ia mengaku juga tak terobsesi harus mengikuti trend dunia anak muda saat ini yang banyak mengikuti model dan perkembangan teknologi. Gadis yang juga berprofesi sebagai guru ini, juga tak merasa kuper atau ketinggalan zaman dengan pilihannya itu.

Ia berpandangan hidup itu harus membiasakan sikap disiplin dan punya prinsip agar tidak mudah tergerus dengan pergaulan yang tidak islami.

Sikap disiplin Azza merupakan buah didikan ibu dan ayahnya. Termasuk Guru spritualnya pun mengajarkan Azza pentingnya mendalami ilmu agama.

Disiplin dan tekun dalam mengelola waktu buah manis didikan ibunya yang dipanggilnya ummi. Pengakuannya, selama ini orang tuanya telah mendidik ia dan saudaranya untuk mengutamakan belajar agama ketimbang berkutat dengan perkara dunia.

"Kata ummi, dunia dan segalanya ini hanya sandiwara. Kehidupan sesungguhnya itu di akhirat. Jadi berlomba lomba menuju kebaikan. Kalau kita punya harta, manfaatkan dalam untuk kewajiban kita sebagai umat muslim. Seperti berhaji dan berzakat, " Ungkapnya.

Disamping tengah menjalani pendidikan, mahasiswi  yang sesaat lagi akan menyelesaikan gelar Sarjananya ini juga mengemban amanah sebagai guru di Pesantren Darul Quran Elwafa Putri Bogor yang berpusat di daerah Ciapus Bogor.

“Alhamdulillah saya diamanahi untuk mengajar Bahasa Arab, TIK dan IPA. Di pesantren ini wajib berbahasa arab. Misalkan anak yang baru pesantren selama dua bulan harus bisa berbahasa arab pada bulan keduanya. Jadi diberi kesempatan pada bulan pertama dan kedua untuk berbahasa Indonesia dan belajar bahasa arab. Ini pengalaman yang menarik bagi saya,” kenangnya.

Impian dan harapannya setiba ditanah suci pun tak muluk muluk seperti umumnya cita-cita gadis seusianya. Ia hanya berharap Allah bisa menerima taubat atas perbuatan yang bisa jadi tidak disukai Allah.

“Saya harap Allah menerima tobat saya nanti saat berdoa di tanah suci. Mungkin pernah terkhilaf sikap atau kata, selama dalam hidup, yang Allah ga suka, Azza ingin bertaubat, “imbuhnya.

Menurutnya haji mabrur itu adalah haji yang diterima oleh Allah, penuh dengan kebaikan dan manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain, bukan sekadar perjalanan spritual kemudian mendapat gelar haji. 

“Jadi ada Ridha Allah disitu, ketika seseorang kembali dengan penuh kebaikan dan pikiran positif yang senantiasa bermanfaat untuk diri sendiri dan orang banyak, tanpa rasa iri, dengki, dan hasad. Pribadi kita semakin baik dan penuh syukur. InsyaAllah itulah haji mabrur menurut Azza." jelasnya.

Ia mengaku tak memiliki persiapan khusus jelang keberangkatan. Hanya saja menurutnya berhaji perlu belajar terus menerus dan menanamkan pentingnya belajar manasik sejak awal.

Menurut pengetahuan yang didapat dari guru spiritualnya, Azza mengatakan manasik itu bukan perkara mudah harus ditekuni dan dipelajari dengan sungguh-sungguh.

Paling tidak ia melihat manasik dari sisi berbeda dengan pendapat seumumnya anak muda. Manasik baginya adalah ilmu yang bisa dipelajari dengan matang lahir bathin selama 1 atau dua  tahun sebelum berangkat haji.

“Jadi ga bisa kita belajar manasik haji itu dia bulan sebelum berangkat. Karena belajar yang benar itu tidak mudah. Menghafal itu juga tidak gampang. Kita harus gigih dan bersemangat belajar untuk ilmu apa saja yang harus diketahui dalam manasik,” tambahnya.

Selain itu menurutnya kesehatan menjadi poin penting dan bekal utama untuk menjalankan rangkaian ibadah haji. Baik fisik maupun batinnya.

“Ana sebelum berangkat ini betul betul menjaga kesehatan. Bisa dibilang dua bulan sebelumnya harus betul dipahami pentingnya berolahraga. Dalam satu Minggu itu saya berolahraga 3 x dalam seminggu. Entah itu skipping, joging atau jalan sehat biasa,” katanya.

Kepada teman teman seusianya ia berpesan untuk menerapkan hidup yang jauh dari foya foya. Membiasakan menabung dari dini untuk berhaji jauh lebih baik ketimbang huru hara sana dan sini.

”Bila perlu dari kita kecil SD atau SMP.  Seribu atau lima ribu dalam sehari itu kita tidak tahu keajaiban kedepan bisa berangkat kapan. Saya juga tidak pernah menyangka bisa berangkat tahun ini. Nikmat Allah itu luas,jangan sia siakan waktu muda dengan hal mubazir,” katanya.

Ketika disinggung soal pelayanan Embarkasi Padang, anak kedua dari 3 bersaudara ini mengaku mendapat pelayanan ramah dan baik.

“Calon calon haji disini merasa nyaman dengan layanan seluruh petugas. Bahkan tadi saat dibus, saya sempat bertanya tentang satu hal proses one stop service. Langsung dijelaskan dengan responsif dan ramah. Seperti saat memberikan layanan nomor kamar, nomor manifestasi dan id card, dengan senang hati mereka memberi informasi dan  melayani kami,” jelasnya.

Mengakhiri obrolan singkat, Azza meminta doa agar diberikan kemudahan dalam perjalanan spritual teristimewanya. 

“Semoga perjalanan haji saya bersama Abi dan umi, kakak dan nenek diberi kelancaran dan kemudahan. Sshingga kami sekeluarga dan semua jemaah Sumbar mendapat haji mabrur Ya Allah, Amiin.”tutupnya dengan senyum meneduhkan. (vera)

 


Editor: Vethria Rahmi
Fotografer: VR