Meski Tak Bisa Melihat, Suroso Jemaah Tunanetra ke Makkah Ingin Melihat Ka'bah

Madinah, Kemenag--Raut kebahagiaan terpancar dari Sukanti, 41, bersama ayah tercintanya, Suroso, 84, saat ditemui di hotel tempatnya menginap di kawasan Syimaliah, Madinah.

Wajar, cita-cita sekaligus ikhtiar mulia mereka terkabul. Di tengah keterbatasan yang ada, bapak dan anak asal Kebumen itu akhirnya bisa berada di tanah suci. Demi memenuhi undangan agung dari Allah SWT.

Dua sosok ini memang layak menjadi inspirasi. Sejak kecil, di usia 8 tahun, Suroso memiliki keterbatasan. Dia tidak bisa melihat sama sekali.

Sedangkan, Sukanti, putri sulung Suroso, begitu bersemangat untuk bisa memberangkatkan ayahnya berhaji. Sampai-sampai, dia rela untuk rehat sebentar dari pekerjaannya. Demi menemani sang ayah.

Saat ditemui, Sukanti tengah menemani sang ayah di hotel. Dia begitu telaten menyiapkan kebutuhan sang ayah untuk  persiapan ibadah di Masjid Nabawi yang sangat dekat hotel tempat mereka menginap.

"Sejak ayah mengungkapkan ingin berhaji, di situlah saya membulatkan niat untuk bisa memberangkatkan beliau. Apapun saya lakukan," kata Sukanti.

Dia menceritakan, hasrat Suroso untuk bisa berhaji sebenarnya sudah sejak lama. Terutama setelah ibunya yang tak lain istri Suroso, Mardiyah, 75, telah melaksanakan haji.

Namun, sejak enam tahun lalu, keinginan sang ayah untuk bisa ke tanah suci semakin kuat.

"Beliau bilang. Saya sudah tidak bisa lihat apa-apa. Saya hanya ingin bisa melihat kakbah dan berhaji. Tidak ada lagi yang saya inginkan selain itu," katan Sukanti menirukan penuturan Suroso.

Sebenarnya, tidak mudah bagi perempuan itu untuk mewujudkan cita-cita mulia sang ayah. Sebab, sejak 25 tahun silam, dia tinggal di Malaysia. Mencari nafkah. Menghidupi seluruh keluarga.

Namun, tekadnya sudah bulat. Pada 2018, dia pun mendaftar haji bersama sang ayah. "Awalnya saya tanya ke petugas pendaftaran. Apakah saya bisa menemani bapak. Oleh petugas diperbolehkan," katanya.

Dari situ lah, dia pun berikhtiar. Menyisihkan penghasilannya untuk biaya pelunasan haji. Hingga masa penantian itu tiba. Suroso masuk dalam daftar calon jamaah haji (CJH) yang berangkat di tahun 2024. Dia masuk dalam kuota prioritas lanjut usia (lansia).

Demikian pula Sukanti. Dia ikut mendapat panggilan. Karena menjadi pendamping Suroso. Awalnya dia sempat kaget.

Dia tidak mengira. Karena jarak antara mendaftar dan berangkat cukup pendek. Hanya enam tahun. Padahal, di daerah lain bisa puluhan tahun. "Saya baru dapat panggilan setelah lebaran lalu," katanya.

Dalam waktu singkat, dia pun harus menyelesaikan semua yang diperlukan. Termasuk pelunasan. Tak hanya itu, dia juga harus mengajukan izin untuk cuti di tempatnya bekerja, di sebuah yayasan di Malaysia. "Alhamdulillah. Ternyata saya diizinkan untuk cuti panjang. Sekitar empat bulan," ujarnya.

Sesuai dengan niatnya, Sukanti benar-benar berusaha mendampingi sang ayah. Sejak awal keberangkatan dari tanah air hingga tiba di Madinah, dia tidak pernah meninggalkan Suroso. Kecuali pada momen-momen tertentu yang mengharuskan.

Begitu besarnya ikhtiar sang putri membuat Suroso begitu terharu. Dia pun tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. "Alhamdulillah. Kulo bungah sampun saget ten mriki (saya bahagia bisa berada di sini, Red)," kata Suroso.

Bagi Suroso, saat ini memang sudah tidak ada lagi yang diinginkannya. Selain datang ke tanah suci. Melaksanakan ibadah haji.

"Kulo niki sampun mboten ketingal nopo-nopo. Cuma pingin mriki (saya ini sudah tak bisa melihat apa-apa. Hanya ingin melihat ke sini/menjalankan ibadah haji, Red),” kata pria berwajah teduh ini.

Bagi Suroso, Sukanti merupakan berkah luar biasa yang diberikan Tuhan kepadanya. Sebab, di tengah segala keterbatasan yang dialaminya, anak sulungnya itu memiliki perhatian begitu besar terhadap keluarga. Tak hanya kepada diri maupun istrinya, Mardiyah, tapi juga kepada empat adiknya.


Editor: Rina
Fotografer: MCH2024