Integrasi agama dan sains yang dibutuhkan dalam pendidikan Islam sudah waktunya dikembangkan dalam abad modern ini sebagai prototype kebangkitan peradaban baru dalam membangun pendidikan madrasah yang berkualitas. Madrasah tidak cukup berbangga hanya dengan muatan pelajaran pendidikan agama Islam yang banyak dan mata pelajaran umum yang setara dengan sekolah, tanpa melakukan integrasi antara keduanya.
Dengan integrasi, kurikulum yang diajarkan merupakan penyatuan utuh antara nilai wahyu dan sains. Maka diharapkan para alumni madrasah mampu menjabarkan kaedah-kaedah sains dan agama dalam bentuk cara berfikir dan tingkah laku (akhlaq) secara terpadu (integrated) dan menyeluruh (holistik) di masyarakat sehingga di masa depan terciptalah tatanan masyarakat yang lebih baik (generasi emas).
Pembelajaran Islam di madrasah sangat perlu memuat pendekatan dan paradigma keilmuan integratif, sehingga proses pembelajaran yang disampaikan oleh pendidikan menjadi utuh, dan tidak saling memisahkan antara satu ilmu dengan ilmu yang lain. Disinilah integrasi sain dengan Islam sangat dibutuhkan.
Integrasi sain dan Islam akan menghilangkan dikotomi antara ilmu dan agama. Dalam sistem pendidikan konvensional, seringkali ada dikotomi atau pemisahan antara ilmu pengetahuan dan agama. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang empiris dan sekuler, sementara agama dipandang sebagai ranah spiritual yang terpisah dari kehidupan duniawi, maka integrasi ilmu dan agama di madrasah berupaya untuk menghilangkan dikotomi ini dengan menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama dapat saling melengkapi.
Sebagai contoh, dalam mata pelajaran seperti biologi atau fisika, konsep-konsep ilmiah tidak hanya diajarkan secara teknis, tetapi juga dihubungkan dengan prinsip-prinsip Islam. Dengan cara ini, pelajar tidak hanya memahami hukum-hukum alam, tetapi juga melihat keteraturan dan keindahan alam sebagai bukti kebesaran Allah SWT. Integrasi ini membantu pelajar untuk memiliki pemahaman yang utuh tentang dunia, di mana ilmu pengetahuan dan agama saling berkesinambungan.
Pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi dapat pula ditelusuri dari pandangan al-Qur’an tentang ilmu. Al-Qur’an telah meletakkan posisi ilmu pada tingkatan yang hampir sama dengan iman seperti tercermin dalam QS. al-Mujadalah/58:11 bahwa Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
Sain merupakan suatu disiplin ilmu yang terdiri dari ilmu fisik dan ilmu biologi atau secara khusus sebagai nature of science atau ilmu pengetahuan alam. Termasuk didalamnya ilmu social (social science), dan ilmu humaniora ( humanities). Ketiga jenis ilmu (ilmu alam, ilmu social dan ilmu humaniora) berlaku secara universal, di mana saja. Intinya sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.
Al-Quran juga memberi isyarat seperti Al-Iqra ayat 1-5 bahwa kata ‘iqra’ terambil dari kata menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. Begitu juga dalam QS. Asy-Syu’ara: 7, dan QS Yunus ayat 101. Ayat-ayat tersebut adalah sebuah dukungan yang Allah berikan kepada hambanya untuk terus menggali dan memperhatikan apa-apa yang ada di alam semesta ini.
Kemudian bila kita pahami pula makna integrasi, berasal dari bahasa inggris integration yang berarti keseluruhan. Istilah integrasi mempunyai arti pembauran atau penyatuan dari unsur-unsur yang berbeda sehingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat (Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka).
Kesatuan yang utuh dari bangunan keilmuan yang diharapkan dikembangkan di madrasah itu adalah seperti bagan di bawah ini (Amin Abdullah, Islamic Studies dalam Paradigma intgerasi-Interkoneksi: Sebuah Ontologi, 62):
Horison jaring laba-laba menurut M. Amin Abdullah adalah sebagai salah satu peta konsep, dimana spider web adalah suatu strategi pembelajaran yang sengaja dirancang untuk memudahkan transfer pengetahuan dan pengalaman kepada anak didik. Umumnya strategi ini diterapkan dalam madrasah atau pembelajaran outbound. Pada konteks ini, metode spider web menawarkan strategi pembelajaran yang mengintegrasi-kan suatu tema ke dalam semua mata pelajaran. Dalam kegiatan belajar outbound (sekolah alam), atau kegiatan projeck misalnya, semua objek pembelajaran di alam dapat dikaitkan dalam satu tema yang nantinya dijabarkan dalam mata pelajaran yang akan digunakan, sedangkan dalam pembelajaran konseptual, metode ini menghasilkan suatu peta konsep. Ciri terpenting dari peta konsep spider web itu adalah tidak menurut hirarki, kecuali berada dalam suatu kategori; dan kategorinya tidak paralel. Metode dan pola integrasi sain yang akan dijadikan rujukan dan dikembangkan dalam pendidikan madrasah.
Hakikat semua ilmu adalah bersumber dari Allah SWT. Integrasi sains dan Islam bertujuan untuk menghilangkan anggapan bahwa ilmu pengetahuan/teknologi dan ajaran Islam tidak dapat disatukan. Ajaran Islam merupakan sumber atau inspirasi dari semua ilmu pengetahuan. Untuk mewujudkan Integralisasi sains dan Islam pada lembaga pendidikan, maka perlu kajian khusus tentang metode-metode untuk mengintegrasikan sains dan Islam antara lain :
- Menjadikan al-Quran dan Hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan, artinya dapat diposisikan sebagai sumber ayat-ayat qauliyyah sedangkan hasil penelitian, observasi, eksperimen dan penalaran-penalaran yang logis diletakkan sebagai sumber ayat-ayat kauniyyah.
- Memperluas kajian materi Islam dan menghindari dikhotomi ilmu. Dikotomi ilmu menjadi salah satu penyebab kemunduran peradaban Islam yang pernah mencapai puncak kejayaannya. Dikotomi ini pada akhirnya mengakibatkan umat Islam tertinggal dalam sains, teknologi, dan inovasi. Dalam Islam, ilmu tidak bebas nilai, ia berkaitan dengan konsep tauhid bahwa semua ciptaan Allah bersumber dari satu entitas yang Maha Mencipta.
- Menelusuri ayat-ayat al-Quran dan Hadits yang berkaitan dengan sain. Ini merupakan bentuk langkah yang sangat vital untuk terintegrasinya sains dan Islam. Dari referensi ini kita akan mengetahui bahwa kebenaran Al-Quran itu relevan dengan ilmu pengetahuan (sains) yang saat ini sangat pesat berkembang.
- Merumuskan kurikulum integrasi sain dan Islam berdasarkan tema pembelajaran yang dipilih/prioritas. Ini dapat dikembangkan terus seiring dengan temuan-temuan baru dalam dunia pengetahuan dan teknologi.
- Mengimplementasikan integrasi agama Islam dalam pembelajaran sain dan implementasi sain dalam pembelajaran agama Islam di madrasah sesuai dengan tingkat satuan pendidikan. Ini menjadi sangat penting dan menghendaki agar setiap guru mesti spesialis dibidang mata pelajarannya dan generalis dibidang mata pelajaran lain.
Selanjutnya pola integrasi sain di madrasah tidak hanya sekedar mencocokan ayat dengan narasi sain, namun lebih dari itu harus melihat secara menyeluruh bagian-bagian penting yang bisa diintegrasikan. Ini sekaligus menjelaskan keluasan makna integrasi yang tidak hanya menarik sain atau dalil naqliyah kedalam narasi tertentu. Salah satu yang bisa dijadikan rujukan yang lebih luas dan mudah dipahami dapat dilakukan dengan cara berikut (Alhamuddin, AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman, Vol. 3, No. 1 (2016) :
Similiarisasi |
Menyamakan antara konsep sains dengan agama |
Komplementasi |
Saling mengisi dan memperkuat satu sama lain |
Induktifikasi |
Dari teori ilmiah dengan data empiris dilanjutkan dengan teori abstrak empiris dan disesuaikan dengan al-Quran |
Verifikasi |
Pengungkapan hasil penelitian ilmiah dan membenarkan kebenaran dalam al-Quran |
Komparasi |
Membandingkan konsep sains dengan agama terkait suatu gejala yang sama |
Paraleliasi |
Adanya kesesuaian antara konsep al-Quran dengan ilmu |
Berdasarkan gambaran diatas bentuk integrasi sains dan Islam di madrasah itu lebih luas, tidak hanya skedar cocoklogi, mencocokkan ayat dengan sains, apalagi memaksakan ketersambungan dalil naqliyah dan sain yang justru mengkerdilkan makna keislaman. Ini bisa dijadikan inspirasi dalam pengembangan soal-soal Kompetisi Sain Madrasah (KSM) yang merupakan agenda tahuan kementerian agama, dan sudah saatnya lahir kurikulum integrasi sain dan Islam sebagai acuan pengembangan madrasah masa depan. Wallahu a’lam.
--- o---
Oleh Hendri Pani Dias, Kabid Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Sumbar