Plt Kakanwil Hadiri dan Dukung Kegiatan International Conference on Eco-Theology for the Future of the Earth
Padang, Humas – Dalam upaya memperkuat kolaborasi global untuk membangun pemahaman keagamaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, Direktorat Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kementerian Agama RI menyelenggarakan International Conference on Eco-Theology for the Future of the Earth pada Senin hingga Rabu, 14-16 Juli 2025, di Grand Sahid Jaya, Jakarta. Acara ini juga menandai Kick Off Penyempurnaan Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama.
Plt. Kakanwil Kemenag, Edison didampingi Kabid Urais, Yosef Chairul, menyampaikan setidaknya ada empat tujuan utama konferensi.
Pertama, merumuskan kerangka konseptual ekoteologi Islam yang berbasis Al-Qur’an, Sunnah, dan tradisi keislaman Nusantara.
Kedua, menghasilkan rekomendasi kebijakan (policy brief) untuk mendukung kebijakan publik dan penguatan kesadaran ekologi di kalangan umat beragama.
Ketiga, mendorong keterlibatan generasi muda dalam diskursus dan praktik ekoteologi.
Kesempatan, memberi masukan substantif kepada Tim Penyempurnaan Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama, khususnya terkait ayat-ayat ekoteologi.
Edison menjelaskan, konferensi ini akan menghasilkan Draf Buku Ekoteologi Islam dan Global yang memuat pemikiran akademik, praktik lapangan, dan rekomendasi kebijakan. Policy Brief Ekoteologi Islam sebagai acuan penguatan kebijakan publik ramah lingkungan di Indonesia.
Kegiatan ini dirancang secara kolaboratif dengan pendekatan pentahelix, melibatkan pemerintah, akademisi, masyarakat sipil, dunia usaha, dan media. Partisipasi aktif generasi muda dari pesantren, universitas, dan komunitas ekologi juga menjadi fokus utama.
Edison menegaskan bahwa dalam Islam, relasi manusia dan lingkungan bukanlah hubungan eksploitatif, melainkan amanah ilahi. Sebagai khalifah di bumi, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam.
Beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadis yang mendasari ekoteologi Islam antara lain, Q.S. Hud (11) 61 Manusia sebagai pemakmur bumi. Q.S. Al-A’raf (7): 56Larangan merusak bumi setelah diperbaiki. Q.S. Ar-Rahman (55): 7-9 Seruan untuk berkeadilan dalam menjaga keseimbangan alam. Q.S. Ar-Rum (30), Peringatan tentang kerusakan lingkungan akibat ulah manusia.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW memberikan teladan dalam menjaga air, tanah, pohon, dan keanekaragaman hayati
Kabid Urais, Yosef Chairul menambahkan bahwa sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, Indonesia memiliki peran strategis dalam mengarusutamakan nilai-nilai Islam yang ramah lingkungan ke tingkat global.
Dikatakan Yosef, konferensi ini sejalan dengan Asta Prioritas Kementerian Agama, khususnya butir ke-4 tentang Asta Cita Pemerintahan Presiden Prabowo-Gibran, pada butir ke-8 memperkuat harmoni dengan lingkungan, alam, dan budaya. Deklarasi Istiqlal 2024, yang meneguhkan Pancasila sebagai landasan etika bumi dan solidaritas ekologis antariman.
Melalui konferensi ini, diharapkan lahir buku referensi ekoteologi Islam yang progresif serta rekomendasi kebijakan yang dapat menjadi pedoman bagi pemerintah, pendidik, dan pelaku pembangunan. Selain itu, hasil konferensi akan menjadi masukan berharga bagi penyempurnaan tafsir Al-Qur’an, khususnya terkait isu lingkungan.
Kabid Urais Urais Yosef Chairul sepakat konferensi ini tidak hanya menjadi ruang diskusi akademis, tetapi juga jejaring advokasi lintas negara dan generasi untuk mewujudkan bumi yang lestari sebagai rumah bersama umat manusia.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dan Instansi Pemerintah termasuk Kemenag, KLHK, Kemlu, Kemendikbud, BRIN. Perwakilan Negara Sahabat anggota Syariah International Forum (SYARIF).Akademisi seperti UIN, UI, UGM, ITB, IPB, IAIN, BRIN, serta kampus swasta dan pesantren. Organisasi Masyarakat Sipil NU, Muhammadiyah, MUI, WALHI, Greenpeace Indonesia. Media NU Online, MUI TV, Kompas, Tempo, CNN Indonesia. Pelaku UsahaPLN, Pertamina Geothermal, Unilever, Bank Syariah. Generasi MudaMahasiswa, pelajar pesantren, aktivis lingkungan.(vera)