Limapuluh Kota, Humas – Memasuki Semester II Tahun Pelajaran 2024/2025, Pondok Pesantren Modern Al Kautsar menggelar berbagai kegiatan salah satunya adalah Seminar Parenting, yang dilaksanakan pada Rabu, (8/1) kemarin. Kegiatan ini dalam rangka menunjang proses belajar mengajar di pondok pesantren yang beralamat di Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota.
Jelang Seminar Parenting, kegiatan dibuka oleh Pimpinan Pondok Pesantren, diwakili Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, Delia Misna Fitriadi. Dalam sambutan dan arahannya Delia menyampaikan bahwa kegiatan parenting adalah salah satu upaya pendekatan emosional antara pihak pondok pesantren dengan orang tua. Ia juga menyebut, para orang tua hendaknya memberikan kepercayaan penuh kepada pesantren untuk kesuksesan santri.
“Pondok pesantren dan orang harus memiliki visi dan misa yang sama dalam memberikan pendidikan kepada santri. Kolaborasi ini harus terjalin kuat demi kesuksesan santri. Disamping itu, orang tua juga harus ikhlas dan ridho dalam melepas dan meninggalkan buah hatinya untuk belajar di pesantren, agar santri menjadi tenang dalam belajar,” ungkap Delia.
Selanjutnya Delia mengatakan, Kegiatan Seminar Parenting adalah bagian dari kegiatan pondok pesantren yang bermanfaat bagi orang tua dalam rangka menimba ilmu pengetahuan terkhusus dalam mendidik dan mengetahui kepribadian anak. Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan, mereka akan berkembang dengan versi terbaik mereka, memiliki skill, bakat, dan minat yang berbeda. Untuk itu, dengan adanya seminar parenting ini menjadi ruang untuk pondok pesantren dan orang tua saling menguatkan.
Seminar Parenting menghadirkan pemateri yang berkompeten di bidangnya, Ustaz Yengki Oktrio. Dalam paparan materinya ia menyampaikan bahwa orang tua harus memiliki hubungan harmonis dengan anak. Dalam menghadapi anak di pesantren, jangan mudah saja menerima informasi yang belum jelas kebernarannya. Perlu adanya konfirmasi dengan pihak pesantren dan jangan ada prasangka buruk kepada pesantren.
“Banyak kasus yang terjadi di pondok pesantren, bahwa orang tua dengan mudah menerima informasi dari santri tanpa melakukan tabayyun dengan pihak pesantren. Hal ini tentu berdampak buruk terhadap hubungan orang tua dan pesantren,” jelas Yengki.
Ia melanjutkan, orang tua dan santri juga harus memiliki hubungan harmonis. Kedekatan emosional antara orang tua dan anak akan menjadi pemicu lahirnya generasi yang percaya diri, generasi yang terayomi, dan memiliki figur orang tua teladan.
Terakhir Yengi berpesan agar orang tua tidak hanya menyerahkan pendidikan kepada pesantren saja, namun juga harus membangun kolaborasi dan komunikasi dengan pesantren demi kemajuan dan kesuksesan santri. Orang tua harus menjadi partner terbaik anak agar apapun yang mereka rasakan, mereka menjadikan orang tua sebagai tempat curahan hati.(NA/Nina)