Puji Indeks Kerukunan Umat Beragama Sumbar, Wamenag RI Ingatkan Tiga Hal yang Harus Diwaspadai 

Padang (Humas)- Wakil Menteri Agama RI KH Syaiful Rahmat Dasuki mengatakan penguatan moderasi beragama telah ditetapkan sebagai bagian dari upaya strategis dalam membangun harmoni kehidupan sosial masyarakat.

Demikian penuturan Wamenag RI KH Saiful Rahmat Dasuki saat memberikan pembinaan moderasi beragama di hadapan Kakanwil Kemenag Sumbar H Mahyudin dan ratusan ASN Kemenag Sumbar di Aula Amal Bhakti I, Sabtu (07/09/24) petang.

Menurutnya, penguatan moderasi Beragama telah ditetapkan menjadi program prioritas Kemenag dan arah kebijakan negara, yang menjadi bagian dari upaya strategis dalam rangka mengukuhkan kerukunan umat dan membangun harmoni sosial dalam kehidupan masyarakat. 

Selain itu Wamenag juga memuji tingkat indeks kerukunan umat beragama hari ini di Sumbar semakin meningkat. Namun demikian perlu terus mengembangkan dan membangun lagi sikap moderasi di tengah masyarakat.

Saiful Rahmat Dasuki menilai politik identitas perlu dilakukan counter dan penjernihan sehingga mencegah terjadinya potensi polemik.

“Alhamdulillah pilplres pemilu sudah selesai dan berjalan baik.” Katanya.

Hal itu tak terlepas dari peran ASN yang telah mampu mereduksi pemikiran intoleransi yang mencari celah perbedaan dari sebuah jurang pemisah.

Namun demikian, siapa pun itu harus tetap bergerak, melakukan konsolidasi terhadap pemahaman pemahaman yang toleran. Pun terkait dengan pilihan pilihan politik.

Wamenag berharap seluruh ASN di Sumbar punya political Will yang sama atas nama politik kebangsaan yaitu politik yang menjaga NKRI menjadi sebuah tempat yang nyaman dan kegiatan apapun bisa dilakukan dengan latar belakang apapun.

Bahkan moderasi beragama menjadi salah satu program prioritas Kemenag. Karena Kemenag menyadari hakikatnya moderasi beragama ini sudah berjalan ratusan tahun lalu di negara Indonesia.

Wamenag menyebut, Indonesia sebagai bangsa majemuk dihadapkan pada sejumlah tantangan di tahun politik, terutama terkait kehidupan beragama. 

Menurutnya, isu agama tidak perlu dikaitkan dengan pilihan politik. Lebih dari itu, Wamenag berpesan untuk mengedepankan persaudaraan dan harmonisasi dalam kebersamaan.

Selain itu, Wamenag juga mendorong aparatur Kemenag Sumbar agar senantiasa untuk menebarkan pesan-pesan moderasi di tengah masyarakat. 

ASN Kemenag dinilainya memiliki peran sentral untuk memberi pencerahan, terlebih di tahun politik, 

Kementerian Agama menjadikan kehidupan moderat bagian dari program prioritasnya yang disebut sebagai moderasi beragama yang berkontribusi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Lebih jauh Wamenag menjelaskan, moderasi beragama merupakan ajaran turun-temurun yang diwariskan para leluhur bangsa. Di kawasan Betawi, Moderasi Beragama menjadi bagian tak terpisahkan dari kearifan lokal.

“Moderasi Beragama hakikatnya merupakan warisan leluhur kita. Di Betawi, contohnya, sudah mengajarkan Moderasi Beragama,” ujar Wamenag.

Ia mencontohkan, penggunaan kata ‘sembahyang’ merupakan sebutan untuk salat yang menunjukkan penghormatan terhadap kearifan lokal, walaupun memiliki makna yang berbeda bagi pemeluk agama di luar Islam.

“Saya lahir di Mampang, Jakarta Selatan. Orang tua saya Betawi asli. Orang tua saya tidak pernah menyuruh salat, karena orang Betawi tidak menggunakan kata salat, tapi menggunakan kata sembahyang. Kata sembahyang itu sama artinya dengan salat,” tuturnya.

Hal itu bukti konkret para orang tua terdahulu sudah memberikan contoh bagaimana sikap moderasi dalam beragama. Salah satunya adalah adaptif terhadap nilai-nilai kearifan lokal, lanjut Wamenag.

"Nilai-nilai lokal di dalamnya mengakomodir kata sembahyang sebagai kata salat. Itu baru contoh kecil," jelasnya.

Untuk itu, Wamenag berharap, peran aparatur, dapat mendeteksi dan mengatasi ancaman yang dapat merusak nilai-nilai toleransi di masyarakat.

“Melalui semangat Pancasila, Indonesia tetap tegak sebagai negara yang berkomitmen pada nilai-nilai keberagaman dan toleransi. Harapannya, dengan kesadaran dan kerja sama semua pihak, Indonesia akan tetap menjadi negeri yang damai menuju visi Indonesia Emas 2045,” tandasnya.

Ia menekankan kembali, bukan agamanya yang akan dimoderasikan, namun cara beragama yang perlu di moderasikan.

"Kemajuan teknologi, transformasi digital hari ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi kita.” Katanya.

Kemajuan teknologi dinilai Saiful Rahmat Dasuki bagaikan pisau bermata dua, disatu sisi bisa bermanfaat positif. Disisi lain kemajuan teknologi juga bisa membawa nilai nilai yang mudarat. Karena banyak platform media sosial yang menyuguhkan hal hal yang tidak baik. 

Dalam konteks ini, bagian yang harus diwaspadai bagaimana kelompok-kelompok yang mencoba merusak kemajemukan dengan beragam propaganda di Indonesia. Seperti ujaran kebencian, berita hoaks atau pun ajakan ajakan yang bersifat intoleran maupun kekerasan atas nama agama.

Pertama kelompok eksklusivisme dimana kelompok ini berpotensi membatasi ruang silaturahmi dan pergaulan. “Ini adalah cikal bakal gerakan gerakan yang akan memecah belah kita,” sebutnya.

Kedua, kelompok kebenaran tunggal. Dalam hal ini mereka mengklaim dan merasa paling benar, paling berhak untuk menghakimi pandangan orang lain yang bersebrangan dengan kelompok mereka.

Dan terakhir kelompok transnasional ideologi. Kelompok ini semakin banyak ditemui di era sekarang dan masuk ke sedi sendi kehidupan masyarakat. “Kelompok ini tidak hanya dari satu Agama, namun dari seluruh agama. Mereka punya potensi memasukkan paham paham mereka ke negara kita melalui paham transnasional,” Tambahnya.

Wamenag RI juga mewanti wanti aparatur dilingkungan Kemenag Sumbar untuk mewaspadai ketiga kelompok tersebut.

“Bukan tak mungkin mereka ada di lingkungan kerja kita, keluarga kita, rekan kerja ataupun anak anak kita yang menjadi korban pemahaman mereka,” Bebernya.

Dengan digaungkanya moderasi beragama, seyogyanya ASN Kemenag mampu menjadi tauladan dalam mengedepankan persatuan dan kesatuan, menjaga kebebasan umat beragama warga negara dengan sikap toleran. Menurutnya hanya dengan sikap moderat Indonesia bisa optimis menapaki Indonesia emas 2045.

Turut hadir pada kegiatan pembinaan Kabid Urais selaku Plh Kakanwil, Rektor UIN IB Padang, Rektor UIN Sjech Djamil Djambek Bukittinggi, Rektor UIN Mahmud Yunus Batusangkar, Jajaran Kabid, Pembimas, Kakankemenag Kab/ko, Ketim Bidang dan Setjen, jajaran Kepala Madrasah, penghulu/KUA, Penyuluh, JFT dan JFU lainnya. (vera)


Editor: vethriarahmi
Fotografer: VR