Pessel (Humas)- Dalam upaya menyelenggarakan PORSADIN VI Tingkat Provinsi Sumatera Barat, sinergi dengan berbagai pihak menjadi kunci. Baik itu DPW dan DPC FKDT, Kanwil Kemenag Sumbar, Pemda hingga tokoh masyarakat dan agama, perlu memperkuat koordinasi dan harmonisasi. Hal inilah yang akan menentukan kesuksesan perhelatan dua tahunan ini.
Demikian pernyataan yang dikemukakan Hendri Pani Dias selaku Plt Kabid Papkis Kanwil Kemenag Sumbar saat Rapat koordinasi persiapan pelaksanaan Pekan Olahraga dan Seni Santri Diniyah bersama jajaran pengurus DPW FKDT Provinsi Sumbar, Selasa (06/08/24) di aula Raudhah Kankemenag Pessel.
Hendri memandang apapun bentuk program yang akan dilakukan jika anggarannya cukup siapa pun bisa menyelesaikannya. Justru salah satu ujian kepemimpinan itu adalah bagaimana bisa mengelola sebuah kegiatan diatas keterbatasan anggaran.
Hal itu sudah dibuktikan DPW FKDT sejak tahun 2013. Mengingat Porsadin telah dicanangkan dan berlangsung lama, maka semangat itu terus mengalir hingga ke Kabupaten/kota.
“Definisi manajerial itu secara baku tidak ada, ia akan berubah sesuai spesifik, bentuk, pola waktu dan siapa yang bertahan. Maka memimpin FKDT berbeda dengan memimpin Kementerian. Karena ketika audiens berbeda pasti spesifik masalahnya juga berbeda. Hal itulah yang menjadi salah satu dasar terlaksananya pertemuan hari ini." Katanya.
Pertemuan Kanwil Kemenag Sumbar, Kemenag Kabupaten /kota dengan Ketua DPW FKDT Wilayah dan Kabko hari ini, tak lain untuk bersama sama bergerak menyukseskan Porsadin Provinsi hingga tingkat nasional nanti.
Selain itu, meskipun dengan dana swadaya menurutnya dukungan antusias dari masyarakat dan amanah tanggung jawab, juga memberikan nilai tambah bagi pelaksanaan PORSADIN VI Provinsi Sumatera Barat ini.
“Jadikan keterbatasan anggaran saat ini menjadi peluang membangun sebuah harmonisasi dan inovasi program dalam pembangunan lembaga keagamaan. Kita memang tidak ada anggaran, tapi kebijakan menjadi penting dan lebih bernilai dari pada uang.” Katanya.
Sesungguhnya kebijakan itu merupakan sumber daya yang perlu dikelola dengan baik. Untuk Hendri berharap kebijakan pola anggaran yang berbasis masyarakat adalah ranah FKDT. "Kemenag dalam hal ini tidak bisa mengintervensi." Imbuhnya.
Sementara peran Kanwil Kemenag Sumbar adalah membersamai FKDT agar rencana yang telah dibuat, bisa terlaksana dengan baik. Termasuk memberikan ruang dan tempat dan kebijakan mendukung suksesnya Porsadin.
“Hal ini seperti yang sudah dilakukan Panitia pelaksana kabupaten Pessel. Meskipun masih dalam tahap perencanaan, hasilnya belum ada, yang penting sudah bergerak dan sebuah langkah maju,” pujinya.
Terkait itu secara khusus pihaknya mengajak Kasi Pendidikan Diniyah/Pendis se-Sumbar bersama Ketua FKDT Kabupaten/kota terus bergerak untuk menggalang kesuksesan kegiatan ini sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
“Kunci dari semua itu adalah komunikasi yang baik. Bila FKDT dan Kemenag melebur, egosentris akan hilang, dan bergerak bersama menuju satu titik tujuan.” Katanya.
Ia mengharapkan DPW FKDT dan DPC FKDT bisa berkoordinasi dengan baik, menjalin kolaborasi yang positif dengan Kemenag dan Pemda setempat. Hal itu bermanfaat untuk menciptakan langkah langkah yang baik, sehingga bisa menghimpun anggaran untuk gelaran Porsadin ini.
Baginya sebuah keniscayaan, bahwa harmonisasi dan komunikasi yang baik antara FKDT dengan Kemenag Pemda dan instansi terkait lainnya perlu diperkuat.
Disisi lain, Hendri Pani Dias menambahkan Potensi DPW FKDT sangat luar biasa dalam pembangunan agama ditengah masyarakat. Untuk itu Hendri Pani Dias mengingatkan seluruh pihak agar menyadari fungsi dan tugasnya masing masing.
Ia menekankan betul untuk memanfaatkan semua gerakan dan perjuangan yang ada untuk membangun komunikasi dan koordinasi dengan semua pihak.
“Dalam raker nanti kami berharap bagi DPC FKDT belum sepenuhnya terbentuk berdasarkan juknis dan versi FKDT Pusat silahkan melakukan perbaikan dan perubahan dengan arif dan bijaksana.” Jelasnya.
Kedua, program yang dirumuskan atau dibuat secara jelas dan transparansi. Hal ini akan memunculkan harmonisasi dalam sebuah organisasi.
Hendri Pani Dias menambahkan makna mendalam di balik ikhtiar dan perjuangan untuk PORSADIN ini.
Kabid Pendidikan Madrasah ini merujuk pada kaidah yang diterapkan di pondok yang menyatakan bahwa metode atau cara lebih penting dari isi.
Sebuah cara menyampaikan sesuatu itu lebih penting dari substansi. Ini mencerminkan pentingnya keselarasan antara ilmu pengetahuan dan softskill dalam kehidupan sehari-hari.
“Metode atau cara itu lebih penting dari isi, cara menyampaikan lebih penting dari pada isi yang disampaikan. Kemudian SDM lebih penting dari metode, SDM yang baik kerap mencari metode yang baik. Makanya perlu ide dan solusi yang kreatif. Namun yang paling hebat dari seseorang itu adalah softskill. Ia lahir dan pengalaman belajar mencoba, gagal, jatuh dan bangkitnya upaya dalam sebuah ikhtiar,” ungkapnya.
Dalam konteks ini, organisasi yang berbasis kemasyarakatan seperti FKDT sangat membutuhkan softskill.
“Tidak ada sesuatu yang biasa, bisa didapat dari cara yang biasa. Yang luar biasa itu adalah yang tidak biasa-biasa. Hal inilah yang perlu diapungkan dalam Rakerwil FKDT hari ini, bisa menunjukkan solusi dan ide luar biasa.” pesannya menutup arahan.
Hadir pada rapat Kepala Kankemenag Kabupaten Pesisir Selatan H Barat Munanda, Kasi PD Pontren Sudirman, Ketim Pendidikan Diniyah Takmiliyah H Indra Gunawan, Ketua Tim PD Pontren dan Ma'had Aly Yohanis, Kasi Pendis/PD Pontren se-Sumatera Barat, Ketua DPW Firdaus Gani serta jaran pengurus DWP Sumbar, Ketua Panitia Porsadin Zulfira Zaisal, Ketua DPC FKDT se-Sumbar, JFT dan JFU Bidang Papkis Kanwil Kemenag Sumbar.(vera)