Sebagai Upaya Pelestarian Seni Tradisi Minangkabau, Randai Tiga Bahasa Ditampilkan di MIN 1 Solok

Koto Baru, Humas - Randai, sebagai salah satu seni tradisi Minangkabau, kembali dipentaskan dalam kegiatan seni yang diselenggarakan di MIN 1 Solok. Rabu (16/10).

Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang diterapkan di sekolah tersebut, di mana berbagai jenis seni tradisional dan modern ditampilkan oleh para siswa, termasuk seni randai dan tari.

Acara ini turut dihadiri oleh para wali murid yang memberikan dukungan penuh terhadap kreativitas dan bakat anak-anak mereka.

Yang membuat penampilan randai ini istimewa adalah pengemasannya dalam tiga bahasa: Bahasa Minangkabau, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Arab. Siswa kelas IV yang berperan dalam penampilan tersebut mampu membawakan setiap rangkaian cerita dengan baik, menghidupkan kembali kisah legendaris Malin Kundang dalam bentuk seni tradisi yang penuh dengan gerak dan dialog.

Description: C:\Users\Win 10 Pro\Downloads\WhatsApp Image 2024-10-17 at 08.48.32.jpeg

Anak-anak tampak begitu menghayati setiap adegan, memperlihatkan kemampuan mereka dalam memadukan gerak tari randai dengan keindahan narasi dalam tiga bahasa yang berbeda. Hal ini menciptakan sebuah pertunjukan yang unik dan menarik perhatian para hadirin.

Menurut Elfi Yosefa, salah seorang tenaga pengajar di MIN 1 Solok, kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di sekolah tersebut, yang dilaksanakan dengan memblok waktu per triwulan.

Ia menambahkan bahwa randai tiga bahasa yang ditampilkan oleh siswa kelas IV adalah hasil dari kerjasama tim pengembang kurikulum (TPK) yang bertujuan untuk memperkenalkan seni tradisional sekaligus menanamkan karakter positif pada siswa.

“Pada kegiatan P5, guru yang mengajar di kelas berperan sebagai fasilitator. Tema P5 di MIN 1 Solok untuk Fase A adalah pola hidup berkelanjutan, di mana kami fokus pada pengolahan sampah agar memiliki daya guna. Sementara itu, untuk Fase B dan C, tema yang diangkat adalah kearifan lokal, dengan ekstensi seni tradisional, yaitu randai yang dikemas dalam tiga bahasa. Kami berharap dengan kegiatan ini, siswa dapat mencintai seni tradisional yang mulai terlupakan saat ini,” jelas Elfi.

Pelaksanaan randai dalam tiga bahasa ini tidak hanya sekadar penampilan seni, namun juga berfungsi sebagai sarana untuk menanamkan kecintaan terhadap bahasa, budaya, dan tradisi Minangkabau pada generasi muda.

Selain itu, penggunaan Bahasa Arab dalam randai ini menjadi sebuah inovasi menarik, mengingat MIN 1 Solok merupakan madrasah yang juga mengajarkan pendidikan agama Islam secara intensif.

Untuk memastikan kualitas penampilan, guru randai di MIN 1 Solok dilatih secara langsung oleh salah satu tokoh randai dari Nagari Gantung Ciri, Kecamatan Kubung.

Hal ini menjadi salah satu upaya untuk melibatkan komunitas lokal dalam pelestarian seni tradisional sekaligus memberikan pengalaman belajar yang autentik kepada siswa.

Keikutsertaan tokoh seni tradisional dalam proses pembelajaran ini juga merupakan bentuk nyata dari upaya mempertahankan keberlanjutan budaya lokal, yang sesuai dengan tema P5 di sekolah tersebut.

Description: C:\Users\Win 10 Pro\Downloads\WhatsApp Image 2024-10-17 at 08.23.21.jpeg

Afni, salah seorang wali murid yang hadir pada acara tersebut, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap penampilan para siswa. Ia merasa terharu melihat bagaimana anak-anak mampu memainkan peran mereka dengan sangat baik dalam pertunjukan randai tiga bahasa tersebut.

“Saya sangat kagum dengan penampilan anak-anak. Mereka tidak hanya menampilkan seni tradisi, tetapi juga mampu membawakannya dalam tiga bahasa yang berbeda. Ini adalah sesuatu yang luar biasa dan sangat jarang ditemukan. Saya berharap seni tradisi seperti randai ini dapat terus dipertahankan, agar anak-anak kita semakin mencintai budaya kita sendiri dan membentuk karakter generasi yang cinta terhadap seni dan budaya,” ujar Afni.

Penampilan randai di MIN 1 Solok tidak hanya berhasil memberikan hiburan kepada para wali murid, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kecintaan terhadap seni dan budaya pada diri para siswa.

Selain itu, penampilan ini juga menjadi salah satu bentuk nyata dari keberhasilan penerapan Kurikulum Merdeka, yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi berbagai bidang seni dan budaya dalam proses belajar mereka.

Terpisah Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Solok, H. Zulkifli mengatakan Melalui kegiatan seni tradisional seperti randai ini, siswa tidak hanya belajar tentang warisan budaya mereka, tetapi juga belajar tentang nilai-nilai seperti kerja sama, disiplin, dan tanggung jawab.

“Randai, yang pada dasarnya merupakan pertunjukan kelompok, mengajarkan siswa untuk saling berkoordinasi dan bekerja sama dalam menciptakan sebuah pertunjukan yang harmonis. Selain itu, melalui penggunaan tiga bahasa dalam randai ini, siswa juga dilatih untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, tidak hanya dalam bahasa ibu mereka, tetapi juga dalam bahasa Indonesia dan Arab,” ucap Kakankemenag.

Ditambahkan Kakankemenag Bahwa P5RA adalah singkatan dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil'Alamin.

"P5RA merupakan salah satu implementasi dari kurikulum merdeka yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila dan karakter positif pada siswa,"ucapnya.

Dengan adanya kegiatan seperti ini, MIN 1 Solok telah menunjukkan komitmennya dalam melestarikan seni tradisi sekaligus membentuk karakter generasi muda yang cinta terhadap budaya lokal.

Sebelumnya Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MIN) 1 Solok, Junaidi mengungkapkan bahwa dirinya merasa sangat bangga dengan proyek randai tiga bahasa ini yang ditampilkan oleh siswa kelas IV tidak hanya menjadi simbol kebanggaan bagi sekolah dan orang tua, tetapi juga menjadi sebuah langkah penting dalam menjaga agar seni tradisi Minangkabau tetap hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi. BAI|N.DY


Editor: Nofri Hendri
Fotografer: Baizarna