Padang, Humas --Menteri Agama Nasaruddin Umar, melalui Staf Khusus Menag Bidang Pendidikan, Organisasi Kemasyarakatan, dan Moderasi Beragama, Farid F. Saenong, menekankan pentingnya menjaga komitmen untuk memakmurkan masjid di Sumbar.
Pernyataan tersebut dikedepankan Stafsus Farid dalam Seminar Kemasjidan Provinsi Sumatera Barat di Universitas Negeri Padang, Minggu (16/02/25). Turut hadir, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah, Kasubdit Kemasjidan Kemenag Akmal Salim Ruhana, dan Kepala Kanwil Kemenag Sumbar Mahyudin didampingi Kabag TU H Edison.
Namun demikian, selain sebagai tempat ibadah, Stafsus menuturkan bahwa masjid juga harus berupaya menjadi pusat pemberdayaan masyarakat.
Menurutnya selain ikhtiar masyarakat untuk memakmurkan masjid, masjid juga harus bisa memberdayakan masyarakat di lingkungan sekitar. Khususnya dalam aspek ekonomi.
“Bukan hanya kita yang memakmurkan masjid, tetapi masjid juga harus bisa memberdayakan masyarakat di sekitarnya, termasuk dalam aspek ekonomi,” ujar Stafsus.
Lebih jauh, pihaknya mengajak para pengelola masjid untuk memikirkan bagaimana masjid dimanfaatkan dengan lebih hemat energi, menggunakan teknologi ramah lingkungan, sekaligus menjadi contoh dalam pelestarian alam.
Stafsus Farid menegaskan pentingnya peran masjid dalam mendukung isu lingkungan. Mengingat Kementerian Agama memiliki program Green Mosque.
"Menteri Agama selalu mengingatkan bahwa masjid harus peduli terhadap isu lingkungan. Di Kementerian Agama, kami memiliki program Green Mosque,"terang Stafsus,
Ia mencontohkan Masjid Istiqlal yang telah mendapatkan sertifikat EDGE dari Bank Dunia sebagai masjid ramah lingkungan.
"Masjid Istiqlal sendiri sudah mendapatkan sertifikat EDGE dari Bank Dunia sebagai masjid ramah lingkungan. Satu-satunya rumah ibadah di dunia yang mendapat pengakuan ini," lanjutnya.
Selain itu, dikatakan Stafsus, Menag RI juga mengimbau agar masjid bisa ramah dan fleksibel bagi semua kalangan. Termasuk perempuan, anak-anak, ibu menyusui, lansia, dan penyandang disabilitas.
“Karena Menag menekankan bahwa keterbatasan anggaran bukan menjadi penghalang untuk menggiatkan hal ini, karena dengan kolaborasi berbagai pihak, upaya ini semestinya bisa terwujud,” jelas Stafsus.
Stafsus kembali memberikan contoh, Masjid Istiqlal dalam lima tahun terakhir, yang telah menjadi pusat kegiatan masyarakat.
“ Tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga terbuka untuk kegiatan sosial lintas agama.” Tambahnya pada acara beragendakan Tablig Akbar yang dipimpin Syamsul Ma’arif.
Stafsus memandang, masjid juga dapat memanfaatkan potensi ekonomi di sekitarnya tanpa melanggar aturan syariat. Sehingga masjid dapat mandiri secara finansial dan membantu kesejahteraan umat.
Melalui konsep Green Mosque, Stafsus Farid menitipkan harapan Menag supaya masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga memberikan manfaat lebih luas bagi masyarakat dan lingkungan.
Sementara itu dalam laporannya, Ketua Panitia Pelaksana H Afrizen menyebut kegiatan ini merupakan agenda perdana yang dilaksanakan oleh Dewan Masjid Indonesia Provinsi Sumatera Barat setelah dilantik pada 15 Desember 2024 yang lalu.
Afrizen mengatakan selain seminar dan tabligh akbar, acara ini juga mencakup rapat kerja pasca pelantikan guna merumuskan langkah strategis dalam pengelolaan masjid di Sumatera Barat.
Disampaikannya dalam laporan, bahwa fungsi masjid tidak boleh terbatas hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga harus mampu menjadi pusat pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya bagi umat Islam.
“Melalui seminar ini, kita berupaya mengembalikan peran sentral masjid dalam kehidupan umat dan membahas berbagai langkah strategis agar masjid dapat lebih makmur serta memberikan manfaat luas bagi masyarakat.”jelasnya.
Selain itu Afrizen menegaskan rapat DMI bertujuan untuk menyusun langkah-langkah konkret dalam meningkatkan peran masjid sebagai pusat peradaban Islam yang lebih aktif, mandiri, dan berdaya guna bagi umat.
Bahkan, kegiatan ini juga menjadi momentum strategis untuk memperkuat sinergi antara pemerintah, organisasi keagamaan, akademisi, dan seluruh elemen masyarakat dalam mendukung peran masjid.
Tercatat ada 3.000 peserta, yang mengikuti kegiatan, terdiri dari pengurus masjid se-Sumatera Barat, penyuluh agama, majelis taklim, serta berbagai organisasi Islam yang memiliki peran aktif dalam kemasjidan.
Kegiatan menghadirkan berbagai narasumber yang kompeten di bidangnya, termasuk ulama, akademisi, dan praktisi kemasjidan yang akan berbagi pengalaman dan strategi efektif dalam mengelola serta memberdayakan masjid.
“Seminar ini juga mencakup sesi tanya jawab dan diskusi panel yang memungkinkan peserta untuk aktif berpartisipasi dalam menyusun solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan masjid.” Lanjutnya dalam laporan.
Menghadirkan narasumber seperti Dirjen Bimas Islam Kemenag, Ketua Umum Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia, Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokarian. Secara khusus juga mendatangkan Ustad Dr. Das’ad Latif sebagai penceramah dalam Tabligh Akbar.
Selain sesi seminar dan tabligh akbar, dalam kegiatan ini juga dilaksanakan rapat kerja pasca pelantikan untuk membahas berbagai program kerja DMI Sumatera Barat ke depan.
Dengan adanya dukungan penuh dari berbagai pihak, diharapkan program kemasjidan di Sumatera Barat dapat berjalan lebih efektif dan memberikan dampak nyata bagi umat Islam.(vera)