SK di Tangan, Pancasila di Hati: Suara Baru 8 ASN Kemenag Sumbar Menyambut Hari Lahirnya Pancasila

Padang, Humas-- Lembaran SK berderet angka NIP masih terasa hangat di genggaman. Senin lalu, 26 Mei 2025, aula Amal Bhakti I Kanwil Kemenag Sumatera Barat menjadi saksi bisu penantian yang berbuah manis pelantikan resmi 8 orang P3K Tahap I di lingkungan Kanwil Kemenag Sumbar. 

Kini, genap sepekan setelah SK dikantongi, mereka bersiap mengikuti Upacara Lahirnya Pancasila bukan lagi sebagai tenaga honorer, melainkan sebagai aparatur negara yang sah, dengan hati penuh syukur dan tekad baru.

Momen bersejarah bangsa esok hari tentu terasa lebih bermakna. Aroma khidmat pelantikan virtual oleh Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, enam hari silam bersama 2.651 rekan se-Provinsi Sumbar dan 71.328 P3K Tahap I se-Indonesia masih melekat kuat.

Bagi mereka, Upacara Lahirnya Pancasila esok bukan hanya seremoni ia adalah kompas awal pengabdian. Lembaran SK adalah bukti administratif, tetapi api semangat pengabdian dan penghayatan nilai Pancasilalah yang akan menjadi nyala sebenarnya dalam langkah mereka sebagai ASN baru. Kertas coklat itu kini telah bernyawa, bernapaskan tekad dan harapan.

Seperti halnya diakui Adek Adha P3K yang sudah berjibaku di Bidang Papkis. Delapan tahun lima bulan lamanya mengabdi sebagai tenaga honorer menemui titik balik. Bagi Adek Adha, SK P3K itu bagai tiket masuk ke babak baru. Dari penantian panjang menjadi kebanggaan baru.

"Kesan mendalam selama jadi honorer, rasanya terharu sekali," ujarnya, suara bergetar halus melalui pesan suara whatsapp. Upacara lahirnya Pancasila besok, baginya, bukan sekadar protokoler. "Ini kebanggaan. Momen merenung sejarah, meneguhkan nilai luhur Pancasila."ujarnya lagi.

Ia melihat momen sejarah sebagai pengingat nyata bagi generasi muda, terutama P3K baru, tentang arti sejati persatuan dan kesatuan bangsa.

"Di tengah globalisasi, semangat nasionalisme dan cinta tanah air harus terus dijaga. Generasi muda wajib memahami dan mengamalkan Pancasila," tegasnya.

Pesan lugasnya, Adek Adha ingin terus belajar, meningkatkan kualitas, memberikan yang terbaik untuk Kemenag. Status ASN adalah jaminan, tapi juga amanah.

 "Semoga dengan semangat Pancasila, kami bisa berbuat lebih untuk Kemenag."Tambah lulusan Master UIN Imam Bonjol tersebut.

Perjalanan panjang bagi Adek adalah sekolah kesabaran, bekal berharga menghadapi tantangan baru di keluarga besar ASN Kemenag.

 "Ini awal perjalanan panjang. Jangan pernah berhenti berkembang, kami akan memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan negara."tekadnya.

Ungkapan haru lainnya dituturkan Ulfa Latiffah Apriliani. Ia bersyukur dan berjanji usai menerima amanah baru. Bagi Ulfa, secarik kertas berwarna coklat itu adalah mahkota pengabdian setelah penantian enam tahun 3 bulan.

"Alhamdulillah," gumamnya penuh syukur. Hanya dengan izin Allah, NIP ini bisa Ulfa miliki." Ucap Ulfa.

Upacara perdana besok dengan status ASN penuh adalah anugerah yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata.

"Ulfa sangat bersyukur atas kepercayaan ini. Harapannya, bisa memberikan yang terbaik bagi lembaga ke depan," ucapnya, berharap kekuatan dan hidayah-Nya selalu menyertai langkahnya sebagai abdi negara.

"Terima kasih atas kepercayaan dengan SK ini. Semoga tugas ini dapat Ulfa jalankan dengan amanah dan penuh tanggung jawab."ucapnya optimis.

Penuturan lainnya dari P3K Kasri Ningsih yang menyulam mimpi selama 9 tahun. Ia meyakini pentingnya komitmen dan pengabdian tanpa tanda jasa jika ingin berkontribusi untuk negara.

Pengabdiannya yang cukup lama di Bidang Penaiszawa menemukan bentuk baru. Bagi Kasri Ningsih, atau yang akrab disapa Ikas, status P3K adalah seruan untuk komitmen lebih tinggi.

"Saya berkomitmen menjalankan tugas sebaik-baiknya, menjunjung tinggi nilai kode etik, terutama menjaga nama baik Kemenag," tekadnya bulat.

Upacara Lahirnya Pancasila esok ia maknai sebagai spirit baru untuk perjalanan panjang yang baru dimulai. Baginya, esensi pengabdian melampaui materi.

"Amanah dan totalitas bekerja tak bisa digantikan rupiah. Ini wujud pengabdian sesungguhnya bagi negara dan bangsa," ujarnya, menegaskan makna terdalam menjadi abdi negeri.

Demikian pula ungkapan Monica Deswita yang telah mengabdi sembilan tahun sebagai honorer mengaku sangat bersyukur menerima SK sebagai ASN tahun ini. Menurutnya sebagai ASN harus bisa bekerja secara profesional dan berintegritas. 

Ia berharap bisa mengukir janji yang telah dilafazkan saat momen pelantikan bersama Menag RI secara virtual. "Tidak hanya kata kata tapi juga tindakan yang sesuai dengan aksi nyata, " Ujarnya. 

Berbeda hal pernyataan Dwi Supriyono P3K Pembimas Buddha. Lembaran SK berderet angka NIP tak lagi sekadar dokumen. Di tangannya kini menjelma menjadi kain khidmat tempat ia menyulam janji.

Syukur yang membuncah, komitmen yang teguh, dan penghormatan pada darah pahlawan yang menggenangi fondasi negeri ini menjadi awal spirit baru bagi Dwi yang sudah bertugas menjadi tenaga honorer selama 7 tahun.

Saat upacara esok tiba, ia tak hanya berdiri sebagai peserta melainkan sebagai penenun baru dalam tapestri birokrasi bangsa. 

“Sebuah perjalanan panjang akhirnya berpuncak. Rasa terima kasih ini terlalu besar untuk dirangkai kata kepada seluruh tim seleksi, pemimpin, dan semua yang menjadi mata rantai pengangkatan kami P3K tahun 2024.” Ungkapnya.

Di balik kalimat resmi sepekan yang lalu, tersimpan getar dalam pengakuan bahwa NIP ini adalah, buah dari tangan-tangan tak terlihat yang percaya pada potensi mereka. 

Di babak kerjanya yang baru, tekad telah ditancapkan. Menurutnya status P3K bukan akhir. Ini justru tonggak untuk membangun birokrasi yang bernapas, pelayanan publik yang hangat, kebijakan yang menyentuh, dan kontribusi nyata untuk memajukan bangsa.

Ia sadar, gelar ASN adalah pisau bermata dua bisa menjadi alat birokrasi kaku, atau senjata revolusi pelayanan. Baginya pilihan sangat jelas, menjadikan meja kerja sebagai panggung menebar manfaat.

“Kami ingin tinta pengabdian ini tak hanya tercatat di arsip, tapi terasa di hati masyarakat,” ujar P3K Pembimas ini berbinar. 

Esok, lanjut Dwi saat sang saka berkibar, dihalaman Kanwil Kemenag Sumbar, seluruh ASN semestinya tak sekadar melihat kain.

“Di benak kita ASN, PNS atau P3K tergambar para pahlawan revolusi yang gugur membungkus kemerdekaan dengan darah. Upacara ini adalah ruang rindu dan ungkapan terima kasih pada pejuang, sekaligus janji kami menjadikan Pancasila bukan slogan, tapi nafas setiap kebijakan.” Tukasnya.

Ungkapan lain keluar dari Fitria Anggraini, P3K terlama mengabdi sebagai tenaga honorer. Menanti SK yang masih terasa hangat digenggamannya selama 17 tahun bagi Fitria sungguh bersenyawa dengan nilai nilai Pancasila tahun ini.

Selain sebagai cermin dan tempat ia berkaca, juga tempat ia perlu bertanya pada diri sendiri dan refleksi kinerja sesungguhnya.

“Perasaan senang dan bahagia sudah nerima SK P3K ini. Saya bertekad akan menjaga nama baik kementerian agama dan mejalankan tugas dengan penuh amanah dan tanggung jawab, “ ungkapnya.

Konstantinus Arianto P3K Pembimas turut merasakan gembira yang sama dengan tujuh rekan P3K lainnya. Ia menuturkan perasaan bahagianya menerima SK yang telah dinanti selama enam tahun 5 bulan.

“Pastinya saya sangat gembira, karena harapan selama ini untuk bergabung menjadi ASN Kemenag akhirnya terwujud, “ ungkapnya.

Masih terasa aroma pelantikan oleh Menag RI 6 hari yang lalu, lanjutnya. Semangatnya makin terasa jelang upacara besok. Momen lahirnya Pancasila harusnya jadi langkah baru memantapkan niat.

“Kami siap dan bertekad menunjukkan kinerja yang lebih untuk Kementerian Agama. Bisa bekerja dengan baik dan ingin menjadi ASN yg profesional, “ ucapnya.

Tak ketinggalan Heri Satianto Hasugian, Pembimas Kristen menyebut delapan tahun lima bulan mengabdi sebagai tenaga honorer, kini berubah menjadi deret angka NIP yang berpendar.

"Seperti mimpi yang tiba-tiba nyata, setelah dilantik sebagai ASN di atas kertas resmi itu.” Terang Heri.

Di balik sikap cerianya, Heri menyimpan asa yang cukup banyak bisa berbuat untuk Kemenag. Ia merasa lega setelah tujuh tahun. menanti. Selembar SK ini adalah peta baru bagi Heri menjelajah pengabdian sebagai ASN.

Tekadnya semakin mengkristal hari ini, bahwa setiap kebijakan akan dijahit dengan benang kejujuran dan jarum profesionalisme. Setiap pelayanan untuk masyarakat harus bernafas kehangatan bukan sekadar prosedur. 

“Dan integritas ini akan kujaga seperti merawat tekad di tengah lautan tantangan,“ tegasnya.

Ia tahu status ASN bukan akhir, melainkan senjata baru untuk berkontribusi menjadi air jernih yang mengaliri tanah gersang dan menyuburkan harapan rakyat.  

Esok, saat upacara Heri mengaku telah mempersiapkan hatinya. Diakuinya, upacara adalah pelantikan sejati. Momentum ini sebagai langkah pertama baginya membuktikan diri bahwa, pengabdian ASN harus lebih nyata dari sekadar seragam dan NIP.

Saat bendera dikibarkan dan teks Pancasila dikumandangkan di halaman Kanwil Kemenag Sumbar, deretan delapan wajah P3K baru itu akan menyimpan lebih dari sekadar kewajiban upacara.

Di hati mereka, SK yang baru saja hangat itu bersenyawa dengan nilai-nilai yang diperingati. Mereka datang bukan hanya sebagai peserta upacara, tetapi sebagai insan yang telah merasakan manisnya perjuangan, siap menorehkan tinta pengabdian baru di dinding Kementerian Agama, dengan Pancasila sebagai pijaran jiwa. (vera)


Editor: Vethria Rahmi
Fotografer: Istimewa