Trainer SPARK 2025: Penghulu dan Penyuluh Bukan Penyelesai Konflik, Tapi Pendeteksi Dini

Bukittinggi, Humas – Peran penghulu dan penyuluh agama dalam menangani konflik bukanlah sebagai penyelesai masalah, melainkan sebagai pendeteksi dini potensi konflik di masyarakat. Hal ini ditekankan oleh Trainer Fahmi dalam kegiatan Sekolah Penyuluh dan Penghulu Aktor Resolusi Konflik (SPARK) 2025 di Grand Royal Denai Hotel, Bukittinggi, Selasa (22/07/2025). "Tugas utama penghulu dan penyuluh bukan menyelesaikan konflik, karena itu bukan wewenang Kementerian Agama. Mereka bertugas mendeteksi konflik sejak dini," tegas Fahmi di hadapan Kabid Urais Yosef Chairul, Katim dan anggota serta peserta pelatihan. Pelatihan Sekolah Penyuluh dan Penghulu Aktor Resolusi Konflik (SPARK) 2025 menekankan pendekatan unik dalam pencegahan konflik mencari kesamaan sebelum melihat perbedaan. Hal ini menjadi materi pembuka dalam pelatihan yang diikuti 55 peserta penyuluh dan penghulu. "Konflik biasanya muncul ketika orang fokus membenturkan perbedaan. Kami mengajak peserta untuk membalik pendekatan ini dengan pertama-tama mencari titik kesamaan," jelas trainer SPARK ini. Pelatihan ini mengajarkan peserta – yang terdiri dari penyuluh agama dan penghulu untuk mengidentifikasi kesamaan dasar saat berinteraksi dengan orang asing. Selain itu juga menemukan kesamaan unik di tingkat lebih mendalam dan membangun persepsi positif bahwa setiap orang memiliki potensi kesamaan. "Semakin luas area kesamaan yang ditemukan, semakin kecil peluang konflik," tambah trainer. Trainer Fahmi Rizal mengatakan Tiga alat wajib ARK sebagai Aktor Resolusi Konflik (ARK), peserta dibekali sedikitnya tiga alat utama. Diantaranya adalah Alat identifikasi tahapan konflik, Pemetaan dan analisis konflik dan Panduan respons preventif. "Alat-alat ini adalah modal dasar ARK. Tugas utama mereka bukan menyelesaikan konflik, tapi mendeteksinya sejak dini," tegas trainer. Pelatihan juga mengajarkan bahwa konflik tidak selalu negatif atau buruk. "ARK harus mampu melihat konflik sebagai dinamika yang mengandung unsur positif, asal dideteksi dan dikelola dengan tepat," jelas trainer. Melalui pendekatan ini, Trainer berharap para penyuluh dan penghulu dapat menjadi garda terdepan dalam menciptakan harmoni sosial di tengah masyarakat yang beragam. Untuk Indikator Tahapan Konflik untuk mengenali gejala konflik sejak fase awal. Sementara, Alat Pemetaan dan Analisis Konflik berfungsi untuk memahami akar masalah dan pihak-pihak terkait. Sedangkan indikator panduan nenentukan respons sebagai pedoman tindakan preventif. "Alat-alat ini membantu penghulu dan penyuluh mengidentifikasi potensi konflik di wilayah masing-masing sebelum eskalasi terjadi," ujar Fahmi. Pelatihan ini merupakan bagian dari strategi Kemenag dalam membangun sistem deteksi dini konflik keagamaan dan sosial di masyarakat. Dengan pendekatan preventif, diharapkan potensi konflik dapat diantisipasi sebelum berkembang menjadi masalah yang lebih besar. "Kami berharap peserta mampu menjadi 'sensor hidup' yang peka terhadap dinamika masyarakat, khususnya yang berpotensi menimbulkan gesekan sosial," pungkas Fahmi menutup sesi pelatihan. (vera)

Editor: Vethria Rahmi
Fotografer: VR