Padang (Humas)- Bertempat di ruang FKUB, Selasa (16/07/24) Tim Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Agama Republik Indonesia melakukan evaluasi dan pemetaan kompetensi guru serta pengawas pendidikan agama di Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Kementerian Agama RI untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama di Indonesia.
Hadir melakukan evaluasi ini Yulianti Rini Fadilah sebagai ketua tim, serta dua anggota Emzolianda dan Sarah Maulida perwakilan dari Tim Itjen Kemenag. Guna memantau langsung dan mengkoordinasikan proses evaluasi dan pemetaan kompetensi guru dan pengawas pendidikan agama khususnya di Sumatera Barat.
Usai dibuka Kabag TU H Miswan kemarin, hari ini dilanjutkan dengan wawancara mendalam terhadap 10 orang guru pendidik agama. Terdiri dari SD 2 orang, SMA 3 orang guru, SMK 3 orang dan Bimas 2 orang Guru.
Syahrizal menyambut baik kedatangan Itjen Kemenag dalam memastikan bahwa standar kompetensi guru dan pengawas pendidikan agama terpenuhi secara optimal.
Evaluasi ini diharapkan akan memberikan gambaran yang komprehensif tentang kondisi pendidikan agama di berbagai daerah, serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan lebih lanjut.
"Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pengajaran agama di Sumbar. Evaluasi ini menjadi langkah awal untuk memastikan bahwa guru dan pengawas pendidikan agama memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan zaman," tutur Syahrizal selaku Ketua Tim PAI Paud Dikdas Bidang Papkis Kanwil Kemenag Sumbar.
Sementara itu Erwanto guru PAI SMA 4 Padang, menilai evaluasi dan pemetaan sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan pengawas di Kota Padang. Menurut Erwanto, jumlah pengawas PAI Kota Padang sangat tidak ideal untuk mengawasi guru PAI mulai dari jenjang SD, SMP, SMA/SMK.
Menurutnya keterbatasan jumlah pengawas dan luasnya wilayah binaan merupakan persoalan dalam supervisi akademik yang perlu segera dicarikan solusinya.
Misalnya untuk di Kota Padang, satu orang pengawas tentu saja sangat minim. Sesuai regulasi yang ada, satu orang pengawas idealnya untuk 20 orang guru. Setidaknya ada satu pengawas untuk SMP, satu pengawas untuk SMA dan satu untuk SMK.
Sementara faktanya dilapangan jumlah sekolah di Kota Padang cukup banyak. “Bahkan jarak tempuh sekolah satu dan lainnya itu rata rata cukup jauh. Hal ini tentu cukup menyulitkan bagi pengawas untuk maksimal dalam melakukan tugasnya. Rasanya hal ini perlu sekali dievaluasi para pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan.,” jelas Erwanto.
Sedangkan bagi guru PAI, pemetaan ini sebagian sumber informasi dan edukasi langsung dari pihak pusat.
“Selama ini kami minim informasi dan merasa kurang diperhatikan. Misalnya ada diantara teman teman memiliki kualitas dan kompetensi lebih tapi belum tersentuh, tidak pernah diundang dalam sebuah forum untuk sharing seperti sekarang ini,” katanya.
Jadi dengan adanya evaluasi dan pemetaan ini terlihat perbedaan guru yang pantas jadi instruktur atau pelatih menjadi pengawas, sehingga sebetulnya bisa dilibatkan dalam pembuatan modul, bahan ajar, sehingga ada suara suara yang sampai ke nasional, lanjutnya.
Ia berharap kegiatan ini bisa terus dilaksanakan secara berkesinambungan, entah itu secara berkala lima tahun sekali ataupun tiga tahun sekali. “Dan tentunya ada tindak lanjut dari pihak pusat. Baik itu dalam bentuk pembinaan atau pembekalan bagi guru PAI,” kata ketua MGMP PAI SMA 4 Kota Padang ini.
Sementara itu, guru SD Keluarga Kudus Pendidikan Agama Katolik Pasaman Barat Theresia Nining Lestari mengaku pertama kalinya mengikuti kegiatan evaluasi dan pemetaan bersama pihak Itjen Kemenag RI.
Sebagai guru Agama Katolik, Theresia mengharapkan evaluasi dan pemetaan menjadi insigth dan manfaat besar bagi guru agama Katolik di daerah yang cukup jauh dari pusat ibukota Sumbar.
“Kami berharap kedepan, akan ada dipenuhi kebutuhan guru agama tingkat SMP dan SMA didaerah khususnya Pasaman Barat tempat saya saat ini. Selama ini untuk SMP dan SMA proses belajar pendidikan agamanya dipusatkan hanya di paroki paroki begitu, ” katanya.
Menurutnya kegiatan evaluasi dan pemetaan perlu terus diupayakan dan dilaksanakan dari pemerintah melalui Kemenag RI secara berkala.
“Saya saat ini kan diperbantukan sifatnya di Yayasan Prayoga. Untuk kelas kelas lain, atau sekolah lain hanya dibantu secara suka rela 13 stasi. Karena satu sekolah itu, hanya dua tiga siswa yang beragama Katolik. Makanya siswa itu diberikan kepada gereja,” ujarnya.
Penuturan lain juga diungkapkan guru PAI SMA Negeri 13 Padang Kasidah. Pegawai pemerintah dengan perjanjian kinerja itu menyebut evaluasi dan pemetaan guru pendidikan agama dan pengawas merupakan sebuah kesempatan emas untuk perbaikan kualitas guru PAI dan pengawas kedepan.
“Kami sangat berharap, guru PAI dari Diknas bisa menjadi pengawas PAI kedepan. Minimal untuk menutupi kekurangan pengawas PAI yang di SK kan Kemenag RI.” Ujarnya.
Bagaimana pun tugas pengawas sebagai supervisi sangat membantu guru PAI dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagai pendamping guru, jika jumlah pengawas PAI lebih banyak, tentunya lebih banyak waktu bagi pengawas untuk bisa sharing dan mencerahkan para guru.
Kedua, kedepan ada tindak lanjut dari Kemenag, baik peningkatan kompetensi guru dalam bentuk Bimtek dan pembinaan. Sejauh ini dari pihak Dikbud cenderung mengakomodir bimtek yang bersifat umum saja, semesta khusus Bimtek ataupun pembinaan PAI itu sangat jarang.
“Bersyukur selama ini ada AGPAII yang cukup gencar melakukan penguatan kompetensi guru. Semoga kedepan Kemenag semakin meningkatkan perhatiannya kepada kami guru PAI ini. Khususnya menambah kuota pengawas PAI di Kota Padang. Minimal untuk SMA ada 3 orang pengawas untuk 100 guru PAI yang ada di Kota Padang,” harapnya.(vera)