Tim Itjen Kemenag RI Lihat Program Inovasi Breakfast House MAN 2 Bukittinggi

Tim Itjen Kemenag RI Lihat Program Inovasi Breakfast House MAN 2 Bukittinggi
Tim Itjen Kemenag RI Lihat Program Inovasi Breakfast House MAN 2 Bukittinggi

Bukittinggi, Inmas–Berawal dari ditemukannya pada setiap kelas adanya siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran dipagi hari, MAN 2 Bukittinggi melahirkan program Breakfast House.

Ternyata penyebabnya adalah banyak siswa yang melewatkan sarapan pagi dengan berbagai macam alasan. Setelah ditelusuri, salah satu alasannya adalah tidak adanya biaya untuk makan atau sarapan pagi karena sebagian dari siswa tersebut berasal dari keluarga kurang mampu.

Ide breakfast house ini awalnya dicetuskan oleh Alexander Lopes Perez seorang guru relawan(volunter) dari Amerika Serikat melalui program AMINEF yang ditempatkan di MAN2 Bukittinggi pada bulan  Juli 2018. Semenjak itu Breakfast House menjadi salah satu program Inovasi di MAN 2 Bukittinggi. Ternyata Keberadaan Breakfast House ini sangat efektif dan dapat membantu siswa yang kurang mampu. 

Adapun lokasi kegiatan ini ditempatkan dirumah dinas MAN 2 Bukittiggi yang berada di lingkungan madrasah. Pendanaan dari kegiatan ini berasal dari donatur yaitu siswa, guru- guru dan staff MAN 2 Bukittinggi.

Hal tersebut disampaikan Kepala MAN 2 Kota Bukittinggi Hj. Roslindawati kepada tim Inspektorat Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia Nurul Ghazy, M. Raja Perkasa Alam H dan Hendy Arfyansyah ketika memantau program Inovasi Breakfast house di MAN 2 tersebut.

Selanjutnya Roslindawati mengatakan Kegiatan Breakfast house tersebut sudah berjalan lebih kurang 2 tahun yang lalu dan akan terus dilanjutkan sebagai salah satu program unggulan di MAN 2 Bukittinggi.

“Program ini muncul berawal dari pemantauan guru bahasa Inggris melihat siswanya kurang bersemangat (tidak berenergi) para siswa untuk belajar karena tidak sarapan pagi dengan berbagai faktor, seperti tidak mempunyai kebiasaan untuk sarapan pagi, kesulitan ekonomi untuk mendapatkan sarapan pagi karena kebanyakan siswa yang belajar di MAN 2 Bukittinggi adalah siswa yang berasal dari keluarga yang kemampuan ekonomi yang rendah."

"Akibat dari ekonomi yang lemah ini berimbas kepada kemampuan siswa untuk membeli sarapan pagi. Sehingga banyak siswa ini tidak mendapatkan sarapan pagi dan banyak siswa tidak tinggal dengan orang tua mereka. Umumnya siswa yang bersekolah di MAN 2 Bukittinggi adalah siswa yang berasal dari daerah jauh dari Bukittinggi dan mereka tidak tinggal dengan keluarga mereka. Mereka umumnya tinggal di asrama atau kos-kosan. Karena mereka tidak tinggal dengan keluarga, tidak ada yang mengawasi sarapan mereka akhirnya mereka sering tidak peduli dengan sarapan pagi mereka," paparnya menyampaikan kronologis program Breakfast house tersebut.

"Kegiatan ini sangat membantu sekali bagi siswa yang kurang mampu, dimana mereka bisa sarapan gratis sebelum belajar. Disamping itu kegiatan ini juga sebagai ajang untuk meningkatkan rasa solidaritas atara sesama, adanya saling kepedulian baik antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru serta memperdalam bahasa melalui percakapan bahasa Inggris yang mereka lakukan," katanya lagi.

Sementara itu Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Bukittinggi melalui Kasubbag Tata Usaha H. Zulfikar yang ikut mendampingi tim Itjen Kemenag RI merasa bangga dengan inovasi yang dilakukan MAN 2 Bukittinggi salah satu penunjang program Inovasi pada penilaian Pembangunan Zona Integritas di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kota Bukittinggi.

"Kegiatan Breakfast House ini sangat positif sekali dan kita berharap terus berlanjut tidak berhenti sampai disini, meskipun Alexander Lopez Perez sabagai inisiator kegiatan ini tidak lagi berada di Indonesia," Tuturnya.

Selanjutnya H. Zulfikar mengatakan kalau melihat kegiatan Breakfast house ini mengajarkan kepada siswa tentang kepemimpinan, beramal shaleh dan peduli sesama. Dampak langsung dari amalan Kerjasama di Breakfast  House, siswa belajar cara menjaga dan memperlakukan komunitas mereka dengan rasa hormat dan amal. The Breakfast  House juga memberikan bahan bacaan untuk dibaca saat sarapan. Siswa juga belajar kepemimpinan dan presentasi. Meningkatnya semangat siswa untuk belajar. Siswa yang mendapatkan sarapan pagi dari program Breakfast House, sangat bersemangat selama berada disekolah dan mempunyai energi yang cukup untuk beraktifitas disekolah.

"Semoga dengan adanya kegiatan Breakfast House ini bisa membantu siswa yang kurang mampu, apalagi yang sebagian besar dari siswa MAN 2 Kota Bukittinggi ini berasal dari luar Kota Bukittinggi yang sudah pasti untuk sarapan pagi mereka tidak terkelola dengan baik. Dengan program breakfast house ini diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa serta menumbuhkan rasa kepedulian sosial," harapnya. (Syafrial)|DW